Bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dalam setiap tahunnya dan belum teratasi cukup meresahkan warga masyarakat terdampak karena kesulitan dalam mencukupi kebutuhan air bersih setiap harinya.
SENJA masih belum beranjak kerembang petang. Segumpal awan redupkan mentari yang tampak bergerak pelan ke peraduan. Meski tamparan sinar sang digdaya hari menjelang sore masih terasa panas tak mengendorkan semangat, Kadiyem, warga Desa Bondol, Kecamatan Ngambon, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, untuk mencari air seadanya di sumur pompa tangan setempat.
Musim kemarau atau musim kering tahun ini membuat warga desa ring satu sumur migas Kolibri dan sekitarnya mengalami kekeringan.
“Sudah sejak dua bulan lebih kesulitan air bersih. Sumber sumur banyak yang sudah kering,” katanya saat ditemui SuaraBanyuurip.com.
Sembari memompa air sumur manual tangan, dia menuturkan, untuk bisa mendapatkan air setengah bak saja harus menunggu sehari penuh karena bergantian dengan warga lainnya. Itupun sehari tak lebih dari tiga orang sumber sumur sudah habis.
“Memompanya sumur air juga harus pelan, kalau dipompa cepat sumbernya langsung macet karena telat. Ibaratnya ingin mendapatkan seteguk air saja harus rela menunggu giliran sehari penuh,” ujarnya.
Meski jarang-jarang, bantuan air bersih sudah ada, baik dari elemen peduli kebencanaan maupun pihak terkait lainnya. Hanya saja, bantuan tersebut dinilai belum bisa menjamah menyeluruh ke warga masyarakat yang kekeringan.
“Kadang belum sampai ke RT 13, RW 02 sudah habis bantuan airnya. Sehingga masih kurang, jadi harapannya bantuan air bisa lebih sering dilakukan karena memang sini kesulitan air beneran,” ujar Winarsih, warga Bondol lainnya.
Segendang seirama diungkapkan Siti Rusdiani, warga Rukun Tetangga (RT) 03, Rukun Warga (RW) 01, Desa Gamongan, Kecamatan Tambakrejo. Menurut Rusdiani, bahwa setiap tahun di musim kemarau bisa dipastikan warga Rukun Tetangga (RT) 03, Rukun Warga (RW) 01, mengalami kekeringan. Karena sumur sumur yang bisa dimanfaatkan warga sumbernya mengering.
“Warga RT 03 sini sejumlah kurang lebih 70 kepala keluarga (KK). Kalau musim kemarau bisa dipastikan kesulitan air bersih. Sumber sumur telat. Diambil satu jerigen saja sudah habis airnya,” ujarnya.
Beruntung para relawan peduli bencana sering memberikan bantuan air bersih. Sehingga beban warga yang terdampak kekeringan dapat terkurangi.
“Semoga bantuan air bersih bisa terus mengalir selama musim kemarau ini. Dan warga juga jangan menggantungkan diberikan bantuan terus tapi juga bisa menghemat air yang didapatnya,” imbuh wanita ramah ini.
Berbagai upaya juga dilakukan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Gamongan dalam mengantisipasi kekeringan yang setiap tahunnya dirasakan warga. Diantarnya melakukan pencarian sumber air untuk dibuat sumur bor. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Jikapun menemukan, sumbernya tidak maksimal.
“Kami sudah mengebor sumur dibeberapa tempat tapi tidak membuahkan hasil sesuai harapan karena sumbernya kecil semua,” kata Kepala Desa (Kades) Gamongan, Kurlan.
Pria humanis ini berharap agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro segera mengambil langkah yang tepat untuk mencarikan solusi agar kekeringan yang setiap tahunnya melanda Bojonegoro bisa teratasi.
Salah satunya dengan membangun jaringan pipa air dari Bengawan Solo. Yakni mulai dari Desa Banjarejo, Kecamatan Padangan menuju desa di wilayah Kecamatan Tambakrejo dan sekitarnya.
“Jaraknya juga tidak jauh amat, kurang lebih hanya 10 kilo meter sudah sampai Gamongan dan nantinya bisa mengembang ke wilayah desa lainnya,” ucapnya.
“APBD Bojonegoro cukup besar, jadi saya yakin mampu membangun jaringan pipa air tersebut. Sehingga bencana kekeringan yang selama ini melanda Bojonegoro belum teratasi, kedepan bisa teratasinya,” pungkasnya.(Sami’an Sasongko)