SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Produksi minyak lapangan Banyu Urip, Blok Cepu mengalami penurunan secara alamiah (decline) dari sebelumnya 230 ribu barel per hari (Bph) menjadi 140 ribu bph. Menanggapi hal itu, DPRD Bojonegoro, Jawa Timur mendesak pengeboran tujuh sumur infill clastic Banyu Urip dan pengembangan migas Pad C Sukowati, Blok Tuban segera dipercepat.
“Produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu anjloknya cukup signifikan dan ini di luar ekspektasi yang harusnya menahan jumlah produksi,” kata Anggota Komisi B DPRD Bojonegoro Lasuri.
Menurutnya, penurunan produksi Blok Cepu cukup signifikan dan berlangsung cepat. Lapangan Banyu Urip sempat mencapai puncaknya di level 230 ribu bph. Namun, saat ini mengalami decline sekitar 140 ribu bph atau penurunannya hampir 100 ribu bph.
Lasuri mengatakan, minyak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu diprediksi akan habsi pada tahun 2035 mendatang. Sehingga dengan adanya decline menjadi pertanda bahwa masa kejayaannya sebagai penyumbang 30 persen minyak nasional akan habis.
“Operator migas dan pemerintah harus mengambil langkah cepat untuk mengatasi kondisi ini,” katanya, Rabu, (20/12/2023).
Diantara upaya mempertahankan produksi minyak Lapangan Banyu Urip adalah dengan mempercepat pengeboran 7 sumur infill clastic pada tahun 2024. Juga, kata Lasuri, pengembangan migas di Pad C Sukowati segera diperjelas karena sampai saat ini belum ada titik temu apakah menggunakan tanah kas desa (TKD) atau tanah milik warga.
“Ini bisa menjaga produksi minyak di Bojonegoro tidak turun, utamanya di Lapangan Banyu Urip,” tegasnya.
External Affair Manager EMCL, Beta Wicaksono menyampaikan tajak sumur infill clastic Lapangan Banyu Urip akan dilaksanakan pada Maret 2024 mendatang. Pengeboran tersebut akan dilaksanakan oleh Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI).
“PDSI sudah mulai moving rig ke lokasi, dan Maret nanti tajak sumur,” ujar Beta di sela-sela menghadiri launching gerakan suka menanam di Desa Gayam, Rabu (20/12/2023).
Pengeboran tujuh sumur infill clastic ini untuk menjaga laju penurunan produksi minyak di lapangan Banyu Urip.
“Mohon doa dan dukungan semoga kegiatan berjalan lancar,” pungkas Beta.
Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto sebelumnya mengakui mayoritas lapangan migas RI yang sudah tua telah berdampak pada penurunan produksi. Bahkan kondisi ini juga terjadi pada blok migas kategori usia muda yakni Blok Cepu.
Sugeng mencatat, pada 2021 lalu produksi Blok Cepu sempat mencapai puncaknya di level 230 ribu bph. Namun saat ini kondisinya telah mengalami penurunan.
“Puncaknya 230 ribu bph tetapi sekarang turun. Nah memang karena tiadanya eksplorasi yang signifikan tidak ditemukannya sumber-sumber baru maka sekarang itu Indonesia di hulu backbone kita tinggal dua blok yakni Rokan dan Cepu,” kata politisi Nasdem ini dikutip dari CNBC Indonesia.(jk)