SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Semburan air bercampur lumpur diiringi bau belerang terjadi lagi di Dusun Sanggar, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (26/12/2023). Semburan yang keluar dari sumur bor yang sama ini sebelumnya pernah terjadi pada 2021 silam.
Sumur yang dibor sekitar bulan Agustus 2021 lalu itu berada di pekarangan depan milik Samirin. Pria berusia 70 tahun lebih ini awalnya dikejutkan suara menggelegak pagi hari sekitar waktu subuh, antara pukul 04.00 WIB. Suara tersebut berasal dari sumur yang berada di halaman rumahnya.
“Setelah saya keluar rumah, air sudah menyembur ke atas sekira 1 meter,” katanya saat diwawancarai SuaraBanyuurip.com di lokasi, Selasa (26/12/2023).
Saat awak media ini berada di titik kejadian, ketinggian semburan air bercampur lumpur berwarna kecoklatan ini telah turun. Hanya tinggal sekira satu dua jengkal dari permukaan tanah. Aliran airnya telah dibuatkan parit menuju ke saluran irigasi di depan rumah Samirin.
Menurut pria yang bermata pencaharian sebagai petani ini, semburan air itu pernah terjadi pada tahun 2021 kala Yudi, putranya membuat sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga.
Ketika pengeboran mencapai kedalaman sekira 60 meter tiba-tiba air keluar dan menyembur dengan derasnya hingga setinggi kurang lebih 12an meter. Semburan dari lubang berdiameter 80 centimeter ini akhirnya berhenti dengan sendirinya.
“Setelah dua tahun berlalu, tiba-tiba sekarang muncul lagi, ada bau belerang pas awal muncul tapi tidak menyengat,” ujar Samirin menunjuk sumur yang sudah dikelilingi garis polisi.
Sementara itu, peristiwa ini telah ditindaklanjuti oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro, Muhammad Hanif dan beberapa rekannya yang telah meninjau lokasi untuk mengambil sampel air bercampur lumpur tersebut. Dia juga meminta para warga untuk tidak panik atas terjadinya semburan air.
Sementara ketika disinggung berkenaan kandungan semburan air tersebut apakah sama ataukah berbeda dengan semburan sebelumnya, Kepala DLH Bojonegoro, Dandi Suprayitno menyatakan, bahwa belum ada data yang valid mengenai hal itu.
“Belum ada data valid, masih perlu untuk diuji laboratorium,” tandasnya.(fin)