Tragedi Penambang Pasir, Diupah Rp50.000 Sekali Angkut

Penambang pasir tenggelam di Bengawan Solo.
Tim BPBD Bojonegoro masih melakukan pencarian seorang penambang pasir yang tenggelam di Bengawan Solo, turut Desa Semanding, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari

Bojonegoro — Tragedi penambang pasir Bengawan Solo yang tenggelam konon sering terjadi. Perahu yang terbalik acapkali menjadi penyebabnya. Beruntungnya, kebanyakan dari mereka punya kemampuan berenang. Meski pekerjaan para penambang ini bertaruh nyawa, namun mereka hanya mendapat upah Rp50 ribu sekali angkut.

Salah seorang warga Desa Semanding Kecamatan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Ahmad Suyuti mengatakan, peristiwa perahu penambang pasir yang tenggelam di Sungai Bengawan Solo turut wilayah setempat bukanlah kejadian pertama, tetapi sudah berulang kali terjadi. Namun, sebagian besar penambang berhasil menyelamatkan diri.

“Di sini (Bengawan Solo, turut Desa Semanding, red.) sering terjadi perahu tenggelam, tapi sebagian besar penambang pasir ini bisa berenang,” katanya kepada Suarabanyuurip.com, Selasa (23/4/2024).

Sepanjang ingatannya, selama dua tahun terakhir, tak kurang dari tiga kali kejadian perahu tenggelam, tetapi baru kali ini memakan korban. Yaitu Ahmad Arif (35) diperkirakan tenggelam sejak Senin (22/04/2024) kemarin dan belum ditemukan hingga kini.

“Korban ini bukan asli warga Semanding, tapi (berasal) dari Desa Sepat, Kecamatan Sukosewu, warga juga tidak tahu kalau ternyata (korban) tidak bisa berenang,” ujarnya.

Baca Juga :   Sempat Ceburkan Diri ke Bengawan Solo, Warga Ngraho - Gayam Ditemukan Selamat

Korban diketahui menaiki perahu pengangkut pasir berempat dengan tiga orang lainnya. Tiga orang berhasil selamat karena mampu berenang. Sedangkan satu penambang diduga tenggelam masih dalam pencarian.

Tiga penambang pasir lainnya yang selamat ialah dua warga asal Desa Semanding Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro, yaitu Kamali dan Saparun, serta satu warga Desa Simo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, bernama Sadik.

“Para penambang yang terdiri dari empat orang itu (setahu saya) dibayar Rp200 ribu untuk satu kali muat, sehingga setiap orang menerima (upah) Rp50 ribu sekali angkut,” bebernya.

Adapun perahu angkut pasir itu berukuran 17×2,7 meter berbahan plat besi. Sekali beroperasi, perahu itu bisa mengangkut satu rit pasir yang diawaki empat orang.

Diberitakan sebelumnya, diduga perahu angkut pasir itu belum bermuatan penuh, baru terisi bagian depan. Penambang biasanya menggunakan lujuk dan jangkar untuk bersandar perahu.

Disinyalir saat itu perahu terseret arus yang deras sehingga tertarik oleh jangkar yang masih menancap. Karena kondisi tidak seimbang, sehingga perahu oleng dan tenggelam.

Baca Juga :   Kakek 54 Tahun Korban Tenggelam di Sungai Bojonegoro Berhasil Ditemukan

“Saat ini masih dalam proses pencarian,” kata Kalaksa Harian BPBD Bojonegoro, Laela Noer Aeny.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *