Oleh : Murtadho
PEMILIHAN Bupati Kabupaten Bojonegoro 2024 tinggal menghitung hari. Para “kandidat” mencoba peruntungan tebar pesona ditepi jalan (koyok iklan produk) dari kota sampai pelosok desa, menggoda mata masyarakat untuk mencari simpati atau sekedar numpang tenar. Macam-macam bentuk jualannya mulai dari ASLI, NATURALISASI, WONGE PUSAT, BUPATI KITA.
Mungkin saja yang dimaksud ASLI, merasa paling ASLI putera daerah, saat menjabat belum terdengar karya nyatanya. NATURALISASI orang kelahiran bojonegoro, berkarya diluar bojonegoro tapi mecungul momen pilkada (kayak film india). WONGE PUSAT, merasa punya dinasti dibawah ketiak Jokowi, padahal yang bersangkutan lagi pusing sendiri dengan posisinya, dan yang terakhir BUPATI KITA, merasa paling ngayomi ngopeni (sinten?) semua rakyat bojonegoro, kenyataannya selama memimpin isine NGINCIMAN dan suka maunya sendiri seakan semua bisa “DITUKU” (Pendatang kog Mlete).
Sampai tulisan ini dibuatpun belum tampak hiruk pikuk di berbagai dunia maya maupun nyata antusiasme masyarakat untuk mempergunjingkannya, bahkan cenderung senyap. KPU sendiri sebagai panita pelaksana nampaknya kurang cerdas dalam mempropagandakan programnya sehingga masyarakat merasakan euforia lima tahunan itu (joke : mikirno anggarane dewe way durung mudhun-mudhun).
Hanya segelintir timses dengan percaya diri turut mengkampanyekan jagoannya, tanpa mempedulikan benar tidaknya jagoannya adalah jago beneran atau hanya boneka dari calon lainnya, itulah politik, sesuatu yang tampak belum tentu kebenaran maju tidaknya calon tersebut, bahkan calonnya sendiri juga belum pede bakal bisa maju atau tidak (atau karena jadi boneka ya), kayak sepak bola gerakan tanpa bola untuk mengecoh public. Sebagian besar masyarakat tentunya sudah mafhum, sehingga pantas saja pesta demokrasi pilkada tahun ini terasa adem ayem dan cenderung tidak menjadi kegaduhan seru selain urusan perut mereka sendiri.
Urusan perut ? ya, kalau bukan urusan perut ujungnya, yang makin hari masyarakat makin merasakan susah mendapatkan kemudahan. Masa kepemimpinan Bupati Anna Muawanah meninggalkan masalah yang kompleks, lapangan pekerjaan misalnya tidak mampu mengurangi angka pengangguran, terbukti dengan angka kemiskinan di bojonegoro masih tinggi, tidak sebanding lurus dengan APBD yang mencapai trilyunan, begitu juga dengan pendidikan serta kesehatan.
Maindset pemimpin kita perlu dipertanyakan sebenarnya, apa motivasi mereka merebut kursi pemangku kebijakan, kalau toh kenyataannya kinerja mereka tidak sebanding dengan hasil. APBD triyunan tapi silpa juga trilyunan, apapun alibinya, penulis menilai ketidakbecusan mereka dalam mengelola “DUIT” gedhe itu untuk kesejahteraan masyarakat.
Seperti ditulis insandata.com Di awal semester kedua kinerja serapan APBD Bojonegoro tahun anggaran 2024 menjadi pergunjingan public. Dipertengahan Juli 2024 ini, serapannya hanya 22 % dari total APBD Rp. 8,2 Triliun. Artinya Pemerintah Kabupaten Bojonegoro baru bisa menyerap dari pos belanja tidak langsung, yaitu gaji pegawai, makan-minum dan perjalanan dinas pegawai dan DPRD Bojonegoro.
Tentu sangat mengecewakan dimana masyarakat berharap APBD bisa menjadi stimulus ditengah meningkatnya pengangguran, melemahnya daya beli. Ternyata APBD masih berkutat untuk urusan pejabat dan pegawai pemerintah saja, indikasi bansos titipan hampir 700 Miliar lebih yang diplot pada pembahasan APBD diakhir tahun 2023 lalu, yang akan digunakan sebagai alat politik oleh calon incumbent untuk kelompok pendukungnya.
Berikut skema serapan APBD mulai tahun 2018 sampai dengan 2023 :
Serapan APBD tahun anggaran 2018 hanya sebesar 82, 71 % dari total APBD 3,63 Triliun.
Serapan APBD tahun anggaran 2019 hanya sebesar 85 % dari total APBD 7,14 Triliun.
Serapan APBD tahun anggaran 2020 hanya sebesar 75 % dari total APBD 5,75 Triliun.
Serapan APBD tahun anggaran 2021 hanya sebesar 80,96 % dari total APBD 6,21 Triliun.
Serapan APBD tahun anggaran 2022 hanya sebesar 82,2 % dari total APBD 6,49 Triliun.
Serapan APBD tahun anggaran 2023 hanya sebesar 77,49% dari total APBD 8,07 Triliun.
Serapan APBD tahun anggaran 2024 barusebesar 22% dari total APBD 8,7 Triliun, yang disemester sama tahun lalu sebesar 21%
Artinya selama 5 tahun terakhir kinerja Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mengalami stagnasi dalam serapan APBD, yang kemampuan kinerjanya selalu dibawah angka 85%.
Variabel ini cukup memprihatinkan ! Meskipun prosentase stagnan tetapi ada penambahan angka / value serapan, hal ini mengikuti besaran APBD yang semakin meningkat karena bagi hasil migas.
Ternyata penambahan value / nilai dalam serapan APBD tersebut karena adanya penambahan jumlah bantuan social, bantuan khusus keuangan, hibah ke pemerintah daerah lain, serta penambahan volume perjalanan dinas DPRD dan pegawai. Bukan disebabkan adanya peningkatan volume kinerja aparatur pada belanja langsung.
Hal ini mengakibatkan kecenderungan, naiknya volume APBD setiap tahun memicu peningkatan bantuan social, hibah, pokir, bantuan keuangan, perjalanan dinas dan belanja tidak langsung lainya, untuk menutupi kinerja dan stagnan pada penyerapan belanja langsung (dan modal). Sehingga prosentase serapan angkanya untuk memanipulasi pergerakan pertumbahan dan pemerataan ekonomi di Bojonegoro.
Itulah kenapa angka kemiskinan tetap tinggi, sementara APBD Bojonegoro juga tertinggi di Jawa Timur setelah Surabaya. Disisi lain saat era Migas berakhir, Bojonegoro kembali pada titik nol.(https://insandata.com/2024/07/15/jejak-5-tahun-kinerja-loyo-serapan-apbd-bojonegoro/)
Pilkada bupati tinggal sejengkal lagi, siapapun yang dipilih rakyat minimal mereka telah “berhasil”, ya berhasil, berhasil mblidhuki rakyat, dan rakyatnya “ikhlas” terblidhuki dengan jurus tebar kunstitusi (isi) amplop yang merajalela, lebih sakti daripada sholawat nariyah 4444 kali, bahkan keris dan tombak bertuahpun masih kalah ampuhnya, lantas dimana aparat penegak hukum ? agh sampean pura-pura tidak tau ajah. Kog bisa !!!, wong lima tahun yang lalu ajah adem ayem kog, apalagi kalau urusan duit APBD Trilyunan podo way.
Kalian … yang mengaku lahir, hidup dan bakal di kubur dari bumi kabupaten kaya minyak ini apa masih “ikhlas” hasil tambangnya di garong para pengemis APBD 9 Ttilyun ?. (bar)
Ngupi sek LEK..!!!
Penulis : MURTADHO – ASELI PROCOT Bojonegoro
Penulis Ada kebencian yg sangat dalam