SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro – Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi. Melimpahnya sumber daya alam (SDA) migas menjadi magnet. Selain pembangunan pabrik etanol-metanol, Kabupaten Bojonegoro juga akan menjadi lokasi pembangunan pabrik pupuk PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri).
Kedua pabrik besar tersebut akan memanfaatkan gas dari Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro dan Lapangan Gas MDA & MBH di Madura.
Produksi lapangan Gas JTB yang dioperatori Pertamina EP Cepu sebesar 192 juta standar kaki kubik per hari (milion standar cubik feet per day/MMSCFD). Sementara kapasitas lapangan Gas MDA & MBH yang dikelola HCML Husky-CNOOC Madura Limited sebanyak 120 MMSCFD.
Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bojonegoro terpilih, Nurul Azizah menyampaikan, akan ada dua investor besar yang sudah menyatakan kesiapannya membangun pabrik di Bojonegoro. Yakni pabrik bioetanol dan Pupuk Sriwidjaja.
“Kami sudah komunikasi, pabrik pupuk Sriwidjaja dan Bioetanol akan berdiri di Bojonegoro,” kata Nurul saat debat pamungkas Pilkada Bojonegoro beberapa waktu lalu.
Menurut Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Bojonegoro ini, masuknya investor besar untuk membangun pabrik di Bojonegoro ini akan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sektor pertanian. Sebab, mayoritas petani Bojonegoro adalah buruh tani.
“Evaluasi kita selama lima tahun ini tidak ada pembangunan pabrik di Bojonegoro. Untuk itu, kedepan kita akan mempermudah perizinan agar banyak investor besar masuk Bojonegoro, sehingga bisa mengurangi ketergantungan terhadap sektor pertanian, mengurangi pengangguran dan mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Pembangunan pabrik bioetanol dan Pupuk Sriwidjaja merupakan upaya pemerintah pusat untuk memaksimalkan hilirisasi sumber daya alam (SDA) migas. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia sebelumnya menyampaikan, pembangunan pabrik etanol dan metanol di Bojonegoro akan menelan investasi US$ 1,2 miliar atau setara Rp 19 triliun. Proyek ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan impor solar yang mencapai 80% dari kebutuhan dalam negeri.
“Pak Presiden dalam rapat terbatas telah memerintahkan untuk segera membangun industri etanol dan metanol. Sebab, 80% metanol sebagai campuran biodiesel masih kita impor,” ujar Bahlil di Jakarta, belum lama ini.
Menanggapi rencana tersebut, Bupati Bojonegoro terpilih, Setyo Wahono, menyatakan kesiapan daerahnya untuk berkolaborasi dan mendukung penuh pembangunan pabrik metanol di Bojonegoro. Proyek ini merupakan bagian dari inisiatif nasional yang didorong oleh Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada energi melalui pengembangan biodiesel B50.
Menurut adik Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Pratikno ini, pembangunan pabrik metanol di Bojonegoro adalah peluang besar untuk meningkatkan perekonomian daerah sekaligus berkontribusi dalam upaya nasional menuju swasembada energi.
“Pembangunan pabrik metanol ini akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan daerah, dan memperkuat posisi Bojonegoro sebagai salah satu pusat industri energi di Indonesia,” tegas Wahono.(suko)