SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Belasan ekor sapi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dikabarkan mati ditengarai terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Setidaknya, sementara diketahui ada 13 ekor yang mati di wilayah Kecamatan Temayang, dan 3 ekor di Kecamatan Ngasem. Pihak terkait meminta masyarakat waspada terhadap penyakit menular ini.
Informasi awal adanya sapi mati terkena PMK ini salah satunya dari Desa Dukohkidul, Kecamatan Ngasem. Konon terdapat 3 ekor sapi yang mati diduga tejangkit PMK.
Kepala Desa (Kades) Dukohkidul, Sulibianto, membenarkan kejadian ini. Bahkan menurut dia, kondisi PMK yang mewabah saat ini, berbeda dengan yang terjadi sebelumnya. Karena wabah yang sekarang ini membuat sapi-sapi langsung mati.
“(wabah PMK) Yang sekarang tiba-tiba sapi mati begitu saja,” katanya kepada Suarabanyuurip.com melalui gawa elektronik, Jumat (10/01/2025).
Tak hanya di Desa Dukohkidul, Kecamatan Ngasem, keadaan sapi mati mendadak jumlahnya lebih banyak juga terjadi di Desa Papringan, Kecamatan Temayang. Tak kurang dari 13 ekor sapi mendadak mati di desa ini.
Kades Papringan, Kecamatan Temayang, Hadi Suyatno mengaku, mendapat laporan terdapat 13 ekor sapi yang mati tiba-tiba beberapa hari belakangan ini. Sepanjang ingatan dia, penularan PMK di Desa Papringan sudah bermula sejak akhir Desember 2024 silam.
Tak cuma warga desa, bahkan mantri kesehatan hewan pun disebutnya sampai kebingungan menangani wabah PMK ini. Meskipun jumlah sapi yang mati mencapai hingga belasan ekor, tetapi hingga hari ini ia belum laporkan kejadian ini ke dinas terkait. Lantaran belum mengetahui data pasti jumlah sapi yang mati secara keseluruhan.
Kendati, ada juga sapi-sapi yang diketahui selamat, karena segera mendapat pengobatan dengan menggunakan bahan bahan herbal ramuan sendiri para peternak berdasar dari pengalaman dan bukan secara medis.
“Pengobatannya secara alternatif, misalnya menggunakan air rebusan serai, laos, jeruk nipis, dicampur dengan gula merah, ada sebagian yang selamat,” terangnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan pada Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bojonegoro, drh. Luthfi Nurrahman mengaku, sudah melakukan penyemprotan disinfektan ke beberapa desa. Selain itu juga sudah mengambil sampel darah hewan ternak yang terindikasi terjangkit PMK.
Diakui, ada banyak sapi yang terindikasi PMK, namun setelah dilakukan uji laboratorium hasilnya negatif. Sedangkan untuk pencegahan, minimnya jumlah petugas di lapangan disebut menjadi kendala guna melakukan penyemprotan disinfektan.
“Karena rata-rata satu kecamatan satu Mantri Hewan,” tuturnya.
Walaupun begitu, drh. Lutfi mengimbau kepada warga untuk waspada dan menunda terlebih dahulu keinginan untuk membeli hewan ternak sapi. Jika memang harus membeli pihaknya berharap, agar warga lebih teliti dan memeriksa kesehatan sapi yang akan dibeli.
“Terutama mewaspadai sapi dari luar daerah,” tandasnya.(fin)