SuaraBannyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Pasca evakuasi bangkai sapi terduga Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang didapati ada di Bendung Gerak, turut Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, hingga kini belum diketahui siapa pemilik dan asal muasal bangkai tersebut.
Meski begitu, Kepala Desa (Kades) Padang, Subagyo menyebutkan, bahwa bangkai sapi yang ada di Bendung Gerak bukan berasal dari wilayahnya. Pasalnya tidak ada kejadian sapi mati di Desa Padang. Selain itu kondisi sapi yang sudah dalam kondisi membusuk dan rusak itu ditengarai memerlukan waktu untuk sampai di Bendung Gerak yang bergerak dari aliran Bengawan Solo yang lebih atas.
“Tidak ada kejadian sapi mati di Desa Padang, dan jika dilihat kondisi sapi yang sudah membusuk saat di Bendung Gerak, kemungkinan bangkai sapi itu berasal dari arah hulu,” kata Kades Padang, Subagyo saat dihubungi Suarabanyuurip.com via telepon, Sabtu (11/01/2025).
Tak hanya itu, kakak kandung Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro, Sudiyono ini menegaskan, jika Desa Padang telah memitigasi adanya penyakit PMK. Diantaranya rutin mendapat penyuluhan dan inspeksi dari dinas peternakan.
“Jadi peternak di desa kami rutin mendapat kunjungan dari bagian peternakkan di Kecamatan Trucuk, termasuk mendapat penyemprotan disinfektan, alhamdulillah tidak ada kejadian sapi mati karena penyakit, sudah diantisipasi,” tegasnya.
Sementara itu, belasan ekor sapi mati juga dikabarkan terjadi di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang. Jumlahnya mencapai 11 ekor sapi. Jika ditotal dengan laporan sebelumnya yakni 3 ekor di Desa Dukohkidul, Kecamatan Ngasem, 13 ekor di Desa Papringan, Kecamatan Temayang, dan 6 bangkai di bendung gerak maka diketahui sebanyak 33 ekor sapi yang mati.
Kendati, Kades Kedungsumber, Kardi mengaku, sempat ada kejadian sapi terkena penyakit hingga 21 ekor, 11 ekor diantaranya mati. Kejadiannya di Dusun Kedungsember, pada bulan Desember 2024 sampai awal Januari 2025. Tetapi untuk saat ini tidak ada lagi kejadian serupa.
“Cuma semingguan kejadiannya, dan sudah berhasil dilokalisir hanya di satu dusun, tidak meluas di dusun kami yang lain,” terangnya.
Dijelaskan, berhentinya kejadian itu sebab segera ditindaklanjuti dari dinas terkait. Dengan melakukan inspeksi agar peternak menjaga kebersihan kandang dan melakukan penyemprotan disinfektan ke kandang di lingkungan para peternak. Selain itu sapi yang mati segera dikubur, dan untuk yang masih hidup dikarantina agar tidak terjadi persebaran virus.
“Yang mati kemarin itu rata-rata pedhet (anakan sapi), tetapi belum pasti apakah itu karena PMK, hanya saja kondisinya mirip dengan PMK,” tegasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan pada Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bojonegoro, drh. Luthfi Nurrahman mengatakan, bahwa untuk PMK di Bojonegoro belum berstatus wabah. Melainkan masih berupa suspek.
“Di Bojonegoro kondisi PMK masih dalam kondisi gejala klinis PMK (suspek PMK) dan hasil laboratorium masih negatif,” tambahnya saat disinggung mengenai status PMK saat ini.(fin)