SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Sejumlah guru dari berbagai satuan pendidikan di Desa Sukowati, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur berharap agar proses pembelajaran kembali berjalan dengan nyaman.
Para tenaga pendidik tersebut berasal dari lingkungan sekitar pabrik pengolah tembakau PT Sata Tec Indonesia berada. Yakni perwakilan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terdiri guru Kelompok Bermain (KB) dan guru Taman Kanak-kanak (TK).
Para pendidik mayoritas perempuan itu mengungkapkan harapannya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro. Koordinator Aliansi Perlindungan Perempuan dan Anak (APPA) hadir memberikan pendampingan.
Koordinator APPA, Nafidatul Himah, mewakili para guru mengatakan, kehadiran para guru ia dampingi menyampaikan harapan agar lingkungan sekolah di tempat mereka beraktifitas bersama para peserta didik dapat kembali nyaman seperti semula.
Mereka menyatakan keinginan agar tidak lagi ada bau tembakau yang sempat mengganggu aktivitas di sekolah. Kendati situasi di pabrik Sata Tec Indonesia saat ini sedang berhenti beroperasi untuk sementara. Sehingga tidak lagi ada bau.
“Semoga ada solusi terbaik yang tidak merugikan salah satu pihak, baik itu pihak perusahaan maupun pihak yang terdampak,” ujar perempuan yang karib disapa Hima ini.
Keinginan para tenaga kependidikan itu diterima di ruangan Wakil Ketua III DPRD Bojonegoro, Hj. Mitroatin. Wakil rakyat dari Partai Golongan Karya (Golkar) ini tegas menyampaikan keberpihakannya pada para guru. Sehingga keluhan itu akan ditindaklanjuti dengan agenda rapat dengar pendapat dengan para pihak terkait.
“(tetapi) Kami sebagai wakil rakyat tidak mengajak untuk menutup pabrik Sata Tec Indonesia di Sukowati,” kata Hj. Mitroatin kepada Suarabanyuurip.com, Rabu (22/01/2025).
Mantan Kepala Desa (Kades) Tanjung, Kecamatan Tambakrejo ini menilai, keberadaan pabrik dapat mengurangi pengangguran. Namun dalam beroperasi harus memperhatikan dampak lingkungan. Apalagi dekat dengan sekolah. Untuk itu pihaknya mengajak semua pihak duduk bersama.
“Untuk beroperasi lagi (karena saat ini berhenti sementara, red.) harus sudah memenuhi seluruh SOP, walaupun nanti sudah ada SOP (dan) terpenuhi izinnya , tetapi kalau masih bau kita akan bertindak menindaklanjuti,” tegasnya.
Sementara itu anggota Komisi A DPRD Bojonegoro, Sudiyono menambahkan, pihaknya telah mengupayakan sebagaimana harapan masyarakat agar PT Sata Tec mematuhi beberapa hal. Pertama meninggikan pagar agar bau tidak keluar. Kemudian ketinggian cerobong juga ditinggikan minimal 20 meter, sehingga bisa lepas dari gangguan selama ini.
“Anggap saja kemarin itu dari pihak Sata Tec Indonesia sedang uji coba alatnya sehingga memang berbau, sedangkan pabrik semacam ini di Bojonegoro kan juga ada, paling tidak Sata Tec belajar lah ke Koperasi Kareb,” terang Sudiyono.
“Sementara sudah 5 hari ini kan tidak ada bau sudah aman karena pabrik berhenti beroperasi sementara, nanti supaya bisa juga menjadi perbandingan kalau sudah beroperasi ternyata masih ada bau kan kita semua bisa menghentikan,” lanjutnya.
Terpisah, perwakilan Manajemen PT Sata Tec Indonesia, Nur Hidayat mengaku, memperhatikan aspirasi dari masyarakat di fase trial dan uji fungsi. Saat ini pihaknya bersama tim konsultan sedang berproses menggeser cerobong pengolahan ke arah timur sehingga menjauh dari permukiman.
“Selain itu kami sedang berproses peninggian cerobong pengolahan setinggi 20 meter tujuannya agar uap yang dihasilkan bergerak ke atas karena uap udara panas naik di atas udara dingin,” tegasnya.
“Kami juga akan menyampaikan hasil uji emisi udara kepada masyarakat karena di dalam usaha kami tidak menghasilkan asap karena tidak ada pembakaran, (uap putih yang keluar adalah uap air berasal dari proses pengolahan),” tandas Nur Hidayat.(fin)