Investasi Sektor ESDM Tembus Rp 515 Triliun, Migas Jadi Penyumbang Terbesar

Lapangan Migas Banyu Urip Blok Cepu.
Lapangan Minyak Banyu Urip, Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang dikelola EMCL menyumbang 25 persen dari total produksi minyak nasional.(arifin jauhari)

SuaraBanyuurip.com – Industri hulu minyak dan gas bumi (Migas) masih menjadi penyumbang terbesar investasi sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dari realisasi investasi ESDM tahun 2024 sebesar USD32,3 miliar atau sekitar Rp515 triliun, investasi hulu migas mencapai USD17,5 miliar.

“Akumulasi total investasi sektor ESDM tahun 2024 sebesar USD32,3 miliar. Di migas sedikit naik dari USD14,9 miliar ke USD17,5 miliar, kurang lebih USD2,6 miliar lebih besar ketimbang 2023 atau hampir kurang lebih Rp40 triliun. Ini dalam rangka untuk mendorong peningkatan lifting migas,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan pernyataan pers berkaitan dengan capaian kinerja tahun 2024 sektor ESDM di Jakarta, Senin (3/2/2025).

Realisasi investasi sektor ESDM selama tahun 2024 mencapai USD32,3 miliar tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun 2023 dengan realisasi sebesar USD29,9 miliar. Setelah migas, penyumbang investasi terbesar kedua adalah mineral dan batubara (minerba) USD7,7 miliar, Ketenagalistrikan sebesar USD5,3 miliar, dan Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) sebesar USD1,8 miliar.

Sementara itu, PNBP sektor ESDM melampaui target hingga 115%, dengan realisasi mencapai Rp269,5 triliun dari target sebesar Rp234,2 triliun. Rinciannya, dari migas sebesar Rp110,9 triliun, minerba Rp140,5 triliun, EBTKE Rp2,8 triliun, dan lainnya Rp15,4 triliun.

“Ini terjadi penurunan PNBP di sektor minerba, kenapa? Karena harga global lagi turun, tapi kita bersyukur meski harga komoditas minerba lagi turun, tapi target PNBP kita dari sektor ini masih bisa tumbuh, yang tadinya (target) Rp113 triliun, menjadi Rp140,5 triliun,” lanjut Bahlil.

Untuk realisasi lifting migas tahun 2024 sebesar 1.606,4 mboepd. Rinciannya, lifting minyak bumi 579,7 mbopd dan gas bumi sebesar 5.481 mmscfd (setara 978,8 mboepd). Kata Bahlil, realisasi lifting tersebut sebanding dengan perluasan akses energi bagi masyarakat di dalam negeri. Tercatat pada tahun 2024 penyalur BBM Satu harga telah menjangkau 583 lokasi di Indonesia.

“Dari total 583 titik yang tersebar di wilayah Indonesia untuk BBM Satu Harga, Maluku dan Papua itu 208 titik, supaya mereka merasakan juga kemerdekaan bangsa. Kemudian Sulawesi 60 titik, Kalimantan 119 titik, Sumatera 89 titik, Jawa & Madura 3 titik, Bali 2 titik, dan Nusa Tenggara 102 titik.

“Artinya, 99% dari total 583 titik yang tersebar di Indonesia, itu di luar Pulau Jawa supaya membangun Indonesia ini Indonesia sentris,” ujarnya.

Selain itu, pemanfaatan gas bumi nasional pada tahun 2024 sebesar 5.786 BBTUD. Porsi untuk kebutuhan domestik mencapai 67% atau sebesar 3.881 BBTUD, dan sisanya untuk kebutuhan ekspor 33% atau 1.905 BBTUD.

Pemanfaatan gas domestik tersebut untuk listrik sebesar 707 BBTUD (19%), pupuk 690 BBTUD (19%), industri 1.473 BBTUD (40%), gas kota15,48 BBTUD (1%), LPG domestik 77 BBTUD (2%), dan domestik LNG sebesar 695 BBTUD (19%).

“Jadi ini total akumulasi produksi gas kita, 67% untuk konsumsi domestik dan 33% ekspor. Ke depan, kita lagi menghitung Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang baru yang akan memproduksi, kami akan memprioritaskan untuk kebutuhan domestik dengan memperhatikan kontrak jangka panjang juga,” tegas Bahlil.

Di sisi lain, peruntukan Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 233 juta ton pada tahun 2024 mengalami kenaikan dari tahun 2023 sebelumnya, yaitu 213 juta ton. Sementara produksi batubara nasional mencapai 836 juta ton pada tahun 2024 atau 117% dari target produksi yang dipatok, yakni sebesar 710 juta ton. Dari produksi tahun 2024 tersebut diekspor sebesar 555 juta ton dan stok sebesar 48 juta ton.

“Pada tahun 2024 kita mengekspor 555 juta ton batubara, sekedar informasi total pemakaian batubara dunia itu sekitar 8-8,5 miliar ton, tapi yang beredar di pasar batubara itu sekitar 1,25-1,5 miliar ton. Kita menyuplai kurang lebih sekitar 555 juta ton, itu sama dengan 30-35% dari konsumsi dunia. Jadi batubara kita itu sangat betul-betul berdampak sistemik masif dan terstruktur, kalau kita membuat kebijakan untuk terjadi pengetatan ekspor,” jelas Bahlil.

Sedangkan kapasitas terpasang pembangkit nasional pada tahun 2024 mencapai 101 Giga Watt (GW), dengan pembagian pembangkit energi fosil sebesar 86 GW atau 85%, dan pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 15,1 GW atau 15%.

Untuk konsumsi listrik perkapita, pada tahun 2024 target yang dipatok dapat terpenuhi sesuai dengan realisasi, yakni sebesar 1.411 kWh/kapita. Sementara untuk target tahun 2025, dicanangkan konsumsi listrik perkapita sebesar 1.439 kWh/kapita.

Realisasi produksi biodiesel tahun 2024 melampaui target hingga 116,4%, yakni 13,15 juta kiloliter (KL), dari target 11,3 juta KL, yang dimanfaatkan untuk program B35. Dari angka tersebut terjadi penghematan devisa sebesar USD9,33 miliar atau Rp147,5 triliun, dan menyerap tenaga kerja lebih dari 14 ribu orang (off-farm) dan 1,95 juta orang (on-farm).

Untuk tahun 2025, program mandatori biodiesel ditingkatkan menjadi B40, diproyeksikan penghematan devisa sebesar Rp147,5 triliun, pengurangan emisi mencapai 41,46 juta ton CO2 ekuivalen, penurunan impor solar menjadi 4,6 juta kiloliter, terjadi peningkatan nilai tambah CPO menjadi biodiesel sebesar Rp20,98 triliun.

Sepanjang tahun 2024, realisasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sektor energi sebesar 147,61 juta ton CO2, melebihi target 142 juta ton CO2 yang ditetapkan. Angka penurunan emisi GRK tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan angka tahun 2024 yang sebesar 127,67 juta ton CO2.(red)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait