DPR Ingin Target Lifting Minyak 605 Ribu BOPD Tercapai, SKK Migas Sampaikan Sejumlah Kendala

CPF minyak Blok Cepu.
Fasilitas pemrosesan minyak mentah lapangan Banyu Urip, Blok.Cepu di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

SuaraBanyuurip.com – Komisi XII DPR RI berharap Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bisa mencapai target lifting minyak sebesar 605 barel oil per day (bopd) yang sudah ditetapkan di APBN 2025.

Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya menyampaikan, kinerja SKK Migas 2024 cukup baik. Hal ini terlihat dari indikator tambahan sumber daya migas, riset implacement ratio yang terus meningkat.

“Namun indikator tersebut hanya menjadi sasaran antara. Sementara sasaran akhirnya adalah peningkatan lifting migas,” kata Bambang saat membuka rapat dengan pendapat (RDP) bersama Kepala SKK Migas dan 10 Direktur Utama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Migas terbesar di Indonesia, Kamis (27/2/2025), dikutip dari kanal youtube TVR Parlemen. RDP beragendakan skema rezim fiskal, production sharing cost, production sharing contract Cost Recovery dan Gros Split

Pada tahun 2024, lanjut Bambang, realisasi lifting minyak nasional 508 ribu bopd atau masih di bawah target APBN sebesar 635 bopd.

“Kami berharap tahun 2025 SKK Migas mampu menutupi filling the gaps, sehingga target lifting minyak tahun ini sebesar 605 ribu bopd dapat tercapai,” ujarnya.

Menurut Bambang, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya fill the gaps, salah satunya fiscal ternm. Namun, pihaknya ingin menyoroti fiscal ternm cost recovery dan gross split.

Sebab, kata Bambang, jika dibandingkan Malaysia dan Vietnam maka PSC sleding spill yang diterapkan cukup menarik bagi investor dibanding fiscal ternm di Indonesia yang lebih rigit. Fiscal ternm di Indonesia untuk minyak 15 sampai 35 persen, dan gas 20 sampai 40 persen. Sedangkan sleding spill di Malaysia bisa 10 sampai 70 persen. Untuk offshore bisa 40 sampai 80 persen.

“Untuk itu kami ingin memperoleh penjelasan lebih detail dari Kepala SKK Migas terkait efektivitas kebijakan dan strategi dalam meningkatkan lifting migas nasional di tengah adanya potensi peningkatan suplai global,” pungkasnya.

Menanggapi hal itu, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menjelaskan, sleding spill yang diterapkan di Indonesia tergantung jumlah dan lokasi cadangan migas yang ditemukan oleh kontraktor. Semakin sulit lokasinya, kontraktor akan mendapat tambahan split sebsar 47 persen diawal.

“Selain itu semakin harga minyak rendah, kontraktor akan mendapat tambahan split yang lebih besar. Begitu juga dengan gas,” terangnya.

Adapun target lifting migas yang ditetapkan di APBN 2025 sebesar 1.610 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD). Rinciannya, produksi minyak sebesar 605 ribu bopd serta gas bumi sebesar 1.005 ribu boepd.

Menurut Djoko ada sejumlah faktor yang menyebabkan target lifting minyak 2024 tak tercapai. Di antaranya kondisi sumur dan fasilitas upstream yang sudah tua, proses perizinan yang memakan waktu lama, gangguan masyarakat saat kegiatan eksplorasi dan produksi.

“Untuk perizinan sudah mulai disederhanakan dan beberapa sudah kita cabut. Keamanan kita menggandeng TNI dan Polri,” terang Djoko.

Sedangkan insentif fiskal bagi badan usaha, lanjut Djoko juga terus diupayakan untuk meningkatkan produksi migas.

Djoko menyebut ada 20 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang menjadi produsen terbesar minyak nasional pada 2024. Diurutan pertama adalah Pertamina Hulu Rokan dengan capaian produksi 158.167 bopd.

Di urutan kedua produksi lapangan minyak Banyu Urip, Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sebesar 146.805 bopd.

Sementara penyumbang produksi terbesar ketiga sepanjang 2024 adalah PT Pertamina EP dengan capaian produksi sebesar 65.467 bopd. Disusul PT Pertamina Hulu Mahakam sebesar 25.350 bopd.

Diurutan kelima adalah PT Pertamina Hulu Energi Offhore North West Java dengan capaian produksi sebesar 25.264 bopd. Keenam PT Pertamina Hulu Energi OSES sebesar 19.433 BOPD. Ketujuh, Petrochina International Jabung Ltd sebesar 14.150 bopd.

Penyumbang produksi minyak terbesar kedelapan PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga sebesar 10.610 bopd. Kesembilan Medco EP & Natuna sebesar 9.849 bopd, dan kesepuluh adalah BP BERAU LTD sebesar 7.703 bopd.

Kemudian, produksi minyak terbesar di urutan 11 sepanjang 2024 disumbangkan oleh PT Pertamina Hulu kalimantan Timur sebesar 8.299 bopd. Disusul PT Bumi Siak Pusako dengan produksi 5.638 bopd, dan JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi sebesar 7.182 bopd.

Produksi Texcal Mahato EP Ltd sebesar 5.964 bopd berada di urutan 14, disusul Saka Indonesia Pangkah Ltd LTD sebesar 6.934 bopd dan PC Ketapan II Ltd sebesar 8.076 bopd.

Produksi minyak terbesar diurutan 17 disumbangkan oleh PT Pertamina Hulu Energi Jambi Meranf sebesar 4.901 bopd, disusul PT Imbang Tata Alam diurutan 18 sebesar 5.317 bopd, dan Medco E&P Gresik Ltd diurutan 19 sebesar 4.687 bopd. Serta Petronas (Basin) Ltd menjadi penyumbang produksi terbesar di urutan 20 dengan jumlah sebesar 4.326 bopd.(red)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait