SuaraBanyuurip.com – Bagi Bojonegoro Institute (BI), menginisiasi keberadaan Dana Abadi Migas sudah jadi spirit juang dari zaman ke zaman. Tahun ini, BI mengawali perjuangan itu dengan menggelar workshop multistakeholder.
Sejumlah pihak hadir dalam agenda bertajuk Workshop Inisiasi Kebijakan Dana Abadi Daerah yang diadakan Bojonegoro Institute (BI) di Fave Hotel Bojonegoro (12/3/2025). Acara didukung Ford Foundation tersebut, dihadiri Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono; Ketua DPRD Bojonegoro, Abdulloh Umar; Direktur Perencanaan Anggaran Daerah Kementerian Dalam Negeri, Dr. Hendriwan, M.Si.
Selain itu, hadir pula Program Officer at Ford Foundation for Natural Resource and Climate Change (NRCC), Maryati Abdullah; peneliti praktik global kebijakan Dana Abadi Migas, Emanuel Bria, sejumlah perwakilan Perangkat Daerah, pegiat NGO, akademisi, kelompok perempuan, disabilitas dan lainnya.
Tujuan adanya Dana Abadi Migas ini memastikan keberlangsungan pemanfaatan pendapatan Migas untuk keberlanjutan pembangunan daerah. Sehingga, dapat dirasakan lintas generasi. Agar kelak generasi mendatang tidak hanya mewarisi cerita kejayaan industri Migas di daerah, tapi dapat menerima manfaat dari Dana Abadi yang telah dipersiapkan untuk mereka.
Maryati Abdullah menyatakan, Ford Foundation telah menjalin kerjasama dengan Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) dan mendukung Bojonegoro Institute (BI) untuk pelaksanaan program pengembangan pengelolaan Migas yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Menurut Maryati, Bojonegoro menjadi satu-satunya kabupaten yang mampu berinovasi dalam membentuk Dana Abadi Migas.
“Bojonegoro menjadi pelopor Dana Abadi Migas di Indonesia. Karena itu, Bojonegoro harus bersiap-siap menjadi contoh untuk daerah lain.”
Lebih jauh Maryati menegaskan, sejauh ini, Bojonegoro merupakan pelopor pembentukan dan pengelolaan Dana Abadi di Indonesia. Maryati menjelaskan, pihaknya begitu bangga karena di tingkat daerah, Bojonegoro menjadi yang pertama menyisihkan pendapatan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas untuk Dana Abadi. Ia berharap, kedepan terjadi scale-up pembelajaran antar daerah, di mana, Bojonegoro sebagai pelopor mampu menjadi percontohan daerah-daerah lainnya.
“Bojonegoro sebagai daerah pelopor, harus menjadi contoh daerah-daerah lainnya,” tegas Maryati.
Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono dalam sambutannya menyatakan, Bojonegoro merupakan kabupaten penyangga Migas Nasional, sekitar 25 persen produksi minyak dalam negeri berasal dari lapangan migas yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
Namun, Bupati menegaskan bahwa migas merupakan sumber daya yang tidak terbarukan. Artinya, jika diproduksi terus menerus, akan berkurang dan habis. Karena itu, harus dipersiapkan mekanisme mengawetkan sumber daya ini, agar bisa dirasakan lintas generasi.
“Migas sewaktu-waktu akan habis, maka harus dipersiapkan Dana Abadi untuk menjaga keberlangsungan manfaatnya,” ucap Bupati.
Setyo Wahono, menyampaikan terima kasih pada BI yang telah mengadakan workshop Inisiasi Dana Abadi. Orang nomor satu di bojonegoro ini juga berharap dukungan dan masukan para pihak untuk penyempurnaan Raperda.
Dewan Pembina Bojonegoro Institute (BI), Joko Purwanto menyatakan, BI telah melakukan pengawalan, baik dalam bentuk advokasi maupun sosialisasi Dana Abadi Migas (Oil Fund) sejak lama. Tepatnya sejak 2012 silam.
Artinya, kata Joko, apa yang dilakukan BI ini bukan sesuatu yang baru. Dan sejak lama pula, pembentukan Dana Abadi ini sudah menjadi kegelisahan kolektif atas keberadaan berkah-musibah Migas. Karena itu, dia berharap agar pemerintah mampu menyusun Perda Dana Abadi yang berkualitas, terutama berkaitan dengan aspek transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dan penggunaan Dana Abadi.
“Pemerintah harus hadir di setiap kegelisahan masyarakat, BI menjembatani hal itu. Dalam hal Dana Abadi Migas, Raperda telah diinisiasi sejak lama. Kami berharap forum ini mampu memperkuat Rancangan Perda (Dana Abadi) tersebut,” pungkasnya.(red)