Menguatkan Posyandu ILP: Strategi Membangun Layanan Kesehatan Dasar yang Inklusif dan Berkelanjutan

Posyandu ILP Bojonegoro.
Ketua TP PKK Kabupaten Bojonegoro, sekaligus Ketua Pembina Posyandu Bojonegoro, Cantika Wahono (kiri) memberikan bantuan makanan tambahan kepada balita.(foto/ist)

Oleh: Dr. Hj. Cantika Wahono

HARI Posyandu Nasional yang kita peringati setiap tanggal 29 April menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan dan peran strategis Posyandu dalam membangun kesehatan masyarakat. Saat ini, transformasi besar tengah dilakukan melalui konsep Posyandu ILP (Integrasi Layanan Primer), yang bertujuan memperluas cakupan pelayanan kesehatan dasar kepada seluruh kelompok umur, mulai dari bayi, anak, remaja, usia produktif, hingga lansia.

Transformasi ini menjadi jawaban atas kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks dan menuntut pendekatan lebih holistik. Posyandu yang sebelumnya dikenal terbatas pada pelayanan ibu dan balita, kini diarahkan menjadi pusat pelayanan kesehatan primer yang lebih luas, berkelanjutan, dan berbasis komunitas.

Peran Strategis Posyandu ILP dalam Sistem Kesehatan Nasional

Dalam kerangka Integrasi Layanan Primer, Posyandu berperan sebagai simpul pelayanan dasar di tingkat komunitas yang mengintegrasikan berbagai jenis layanan kesehatan, meliputi: 1) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita; 2) Imunisasi dasar lengkap dan lanjutan; 3) Skrining kesehatan remaja (anemia, kesehatan reproduksi); 4) Pencegahan penyakit tidak menular (diabetes, hipertensi) pada usia produktif; 5) Layanan kesehatan lansia (posbindu, pemantauan fungsi tubuh); 6) Edukasi gizi seimbang, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta kesehatan mental.

Melalui pendekatan ini, Posyandu ILP bertujuan mendekatkan layanan kesehatan kepada seluruh kelompok umur, memastikan setiap individu mendapatkan pelayanan promotif, preventif, deteksi dini, dan rujukan yang tepat tanpa harus bergantung sepenuhnya pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

Tantangan Implementasi Posyandu ILP di Masyarakat

Implementasi konsep Posyandu ILP di tingkat masyarakat tidak lepas dari berbagai tantangan yang harus disikapi dengan cermat, di antaranya: 1) Keterbatasan kapasitas kader Posyandu. Kader selama ini fokus pada layanan ibu dan balita, sehingga diperlukan peningkatan kapasitas untuk memperluas pengetahuan tentang skrining kesehatan remaja, usia produktif, hingga lansia; 2) Partisipasi masyarakat yang masih rendah. Masih banyak kelompok usia non-balita, terutama remaja dan dewasa muda, yang menganggap Posyandu bukan bagian dari kebutuhan mereka; 3) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Posyandu memerlukan alat kesehatan dasar untuk melakukan pemeriksaan rutin pada semua kelompok umur, namun di banyak daerah, fasilitas ini masih sangat terbatas; 4) Integrasi layanan lintas program yang belum optimal. Perlu kolaborasi lebih erat antara Posyandu, Puskesmas, PKK, pemerintah desa, dan sektor lain untuk mendukung layanan ILP secara terstruktur dan sistematis; 5) Persepsi masyarakat yang masih terbatas. Transformasi fungsi Posyandu belum sepenuhnya dipahami masyarakat, sehingga perlu upaya sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan.

Strategi Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar Melalui Posyandu ILP

Menghadapi tantangan tersebut, diperlukan strategi komprehensif dan berkesinambungan untuk mengoptimalkan peran Posyandu ILP: 1) Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu. Menyelenggarakan pelatihan terpadu untuk kader, mencakup pemeriksaan dasar untuk semua kelompok umur. Memberikan modul pelatihan berbasis kelompok umur dan penyakit prioritas nasional (stunting, anemia, hipertensi, diabetes, kesehatan mental); 2) Revitalisasi Sarana dan Prasarana Posyandu. Menyediakan alat kesehatan dasar seperti tensimeter, glucometer, alat ukur antropometri, dan alat screening sederhana untuk kesehatan remaja dan lansia; 3) Penguatan Sistem Informasi Layanan. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan digital untuk memantau cakupan pelayanan seluruh kelompok umur secara real time. Mendorong penggunaan aplikasi mobile Posyandu untuk mempermudah pencatatan dan konsultasi; 4) Peningkatan Kolaborasi dan Integrasi Program. Menjalin kerja sama lebih erat antara Posyandu, Puskesmas, dinas terkait (Pendidikan, Sosial, Desa), serta lembaga swadaya masyarakat. Menyusun SOP layanan ILP di tingkat Posyandu untuk memudahkan integrasi program dan rujukan berjenjang; 5) Kampanye dan Edukasi Masyarakat secara Masif. Melakukan sosialisasi tentang manfaat Posyandu ILP melalui berbagai media, kegiatan desa, dan pendekatan berbasis komunitas. Mendorong keterlibatan aktif kelompok remaja, karang taruna, serta komunitas lansia dalam kegiatan Posyandu; 6) Penghargaan dan Insentif Kader. Memberikan apresiasi kepada kader Posyandu yang berhasil menjalankan fungsi ILP dengan baik, baik melalui penghargaan formal maupun insentif berbasis kinerja.

Penutup

Menguatkan Posyandu ILP bukan sekadar memperluas layanan, melainkan membangun sistem kesehatan masyarakat yang lebih adil, merata, dan berkelanjutan. Posyandu yang kuat akan menjadi benteng pertahanan pertama bangsa dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan.

Sebagai Ketua Pembina Posyandu Kabupaten Bojonegoro, saya berkomitmen untuk terus mendorong transformasi ini, dengan memperkuat kelembagaan, meningkatkan kapasitas kader, memperluas kolaborasi lintas sektor, dan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya Posyandu sebagai milik bersama.

Mari kita bergandengan tangan, membangun Posyandu ILP yang berkualitas untuk menciptakan masyarakat Kabupaten Bojonegoro yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih sejahtera.

Selamat Hari Posyandu Nasional.
Bersama, Kita Wujudkan Layanan Kesehatan Dasar yang Inklusif dan Berkelanjutan menuju Bojonegoro yang Bahagia, Makmur dan Membanggakan.

Penulis adalah Ketua Pembina Posyandu Kabupaten Bojonegoro

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait