SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Penghentian sementara operasi di fasilitas pemrosesan gas atau Gas Processing Facility (GPF) Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang bersentra di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ternyata tidak berdampak pada pasokan gas bumi untuk para pelanggan Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk Area Bojonegoro.
Shutdown atau berhenti operasi sementara di Lapangan Gas JTB beberapa hari lalu itu untuk kepentingan perbaikan. Pengampu kebijakan Lapangan Gas JTB, PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 mengumumkan keadaan itu setelah berkoordinasi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Area Head PGN Bojonegoro, Faishal Arief mengaku, shutdown JTB tidak mempengaruhi pasokan gas bumi kepada para pelanggan di teritori tanggung jawabnya. Keadaan demikian terjadi karena didukung beberapa faktor.
“Kebetulan pelanggan PGN di area kami ini kan skala rumah tangga ya, jadi pasokan kami tetap lancar dan aman ke pelanggan, mengingat volume kami mencukupi,” kata Faishal Arief kepada Suarabanyuurip.com, Selasa (17/6/2025).

Dijelaskan, tersebab pelanggan di area ini kebanyakan adalah pelanggan rumah tangga, maka suplai pun terhitung sedikit. Berbeda dengan pasokan pelanggan industri yang butuh asupan besar, sebagaimana yang terjadi di daerah pabrikan atau industri.
Selain faktor itu, pasokan aman dikarenakan PGN Bojonegoro mendapatkan gas dari beberapa pemasok, seperti dari PHE, WMO, dan juga dari HCML, Medco, Saka Energi Muriah Limited, dan JTB.
“Tetapi pasokan ke PGN paling besar memang didapat dari JTB, dan sekarang sudah normal lagi setelah shutdown selama beberapa hari kemarin,” ujarnya.
Tak hanya itu, faktor aman pasokan lainnya, disebabkan konsumsi pelanggan di area yang diampunya masih jauh dari volume yang tersedia. Untuk Lamongan saja, pelanggan mengkonsumsi gas hanya sebesar 87.000 meter kubik (m³) per bulan.
Sementara, pelanggan gas skala rumah tangga di Bojonegoro menyerap sebanyak 82.000 m3 per bulan. Serapan ini berasal dari pelanggan rumah tangga dan komersial.
“Total konsumsi pelanggan di area kami kan 169.000 m³, padahal kami dijatah ambil dari JTB sekira 200.000 m³, jadi masih ada sisa sekira 31.000 m³ setiap bulan, masih aman,” tegas pria yang pernah mengenyam pendidikan di Akamigas Cepu ini.
Dikonfirmasi terpisah perihal kondisi terkini JTB pascashutdown, Manager Comrel & CID Regional 4, Rahmat Drajat berjanji, akan memberikan keterangan pada besok, Rabu (18/6/2025).
“Kami informasikan besok (perihal keadaan pascashutdown,” ungkapnya melalui saluran telepon internet.
Sebelumnya ia mengatakan, bahwa tujuan shutdown di JTB adalah untuk melakukan perbaikan fasilitas dan menjaga kestabilan produksi Lapangan Gas JTB.
“Dalam melaksanakan kegiatan ini, PEPC Zona 12 sebagai operator JTB menerapkan standar keselamatan yang tinggi dan berkomunikasi secara berkelanjutan dengan SKK Migas,” tuturnya beberapa waktu lalu.(fin)