SuaraBanyuurip.com – M. Alamasyah Syarifudin
Bojonegoro – Sambil menunggu dimulainya proyek pembangunan bioetanol-metanol, sebagian kontraktor lokal sekitar lapangan minyak dan gas bumi (Migas) Banyu Urip, Blok Cepu, pilih kembali beraktivitas sebagai petani. Mereka memanfaatkan lahan pertaniannya untuk ditanami tembakau, jagung dan sayur-sayuran.
“Sambil menunggu proyek pembangunan bioetanol-metanol nanti dimulai, sementara bertani dulu. Tanam tembakau, jagung dan sayur-sayuran,” kata Sudarto, salah satu petani dari Dusun Kebonturi, Desa Katur, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kepada SuaraBanyuurip.com, Sabtu (05/07/2025).
Pria yang juga kontraktor lokal sekitar ladang minyak Banyu Urip ini mengungkapkan, cuaca tahun ini kurang bersahabat, karena masih sering turun hujan. Sehingga membuat tanaman tembakau jenis paiton miliknya tumbuh tidak maksimal. Bahkan dari 10.000 lebih tembakau yang ditanam di lahan seluas 1 hektar itu banyak yang mati akibat sering di guyur hujan.
“Bulan Mei saya mulai tanam tembakau, sampai dua kali tanam mati karena diguyur hujan. Tanam lagi pada bulan Juni, ini tumbuh sudah usia tanam 30 hari. Tapi pertumbuhannya kurang maksimal karena masih sering hujan juga,” ujarnya.
“Mudah-mudahan tidak hujan lagi, sehingga pertumbuhannya tembakau bisa pulih menjadi bagus,” imbuhnya.
Di wilayah Katur, lanjut Sudarto, kurang lebih ada 50 petani tembakau dengan luas lahannya sekira 100 hektar yang ditanami tembakau. Dengan sulitnya menumbuhkan tanaman tembakau, tentu potensi kerugian musti akan dirasakan oleh petani, jika tidak diimbangi dengan harga tembakau rajangan yang bagus.
Misal tahun lalu harga tembakau rajangan dari daun petik pertama (jonggolan) Rp25.000 sampai Rp30.000 per kilogram (Kg) bisa naik menjadi Rp30.000 sampai Rp40.000 lebih per kg. Dengan begitu maka petani sedikit bisa tertolong dari potensi kerugian. Mengingat biaya untuk tanam cukup besar, total tidak cukup Rp20 juta sekali tanam dari luasan lahan 1 hektar.
“Harapannya pemerintah bisa turun tangan membantu agar harga tembakau bisa meningkat. Dengan begitu petani bisa tertolong tidak mengalami kerugian, dan bisa mendapatkan keuntungan. Sehingga dapat menambah peningkatan ekonominya,” tandasnya.
“Kalau saya pilih tanam jagung saja, perawatannya mudah tidak rumit, Mas,” sambung Mahmudi, petani Desa Gayam yang juga kontraktor lokal ini.(lam/sam)