SuaraBanyuurip.com – Ahmad Sampurno
Blora – Pekerjaan konstruksi pembangunan bendungan di Blok Migas Randugunting, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, akan dimulai Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana pada 2018 mendatang.
Kepala Bidang (Kabid) Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Blora, Djati Walujastono berharap rencana pembangunan infrastruktur di wilayahnya dapat terwujud meskipun Blora tidak mendapatkan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas dari Blok Cepu.
Dia mengungkapkan, ada beberapa pembangunan infrastruktur yang direncanakan. Di antaranya Bendungan Randugunting di Kecamatan Japah, Bendung Gerak Karangnongko yang menghubungan antara Kradenan dan Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, revitalisasi Bandara Ngloram, SPAM untuk air baku dari sumber Bengawan Solo dialirkan ke Blora.
“Pembangunan bendungan Randugunting akan dilakukan BBWS Pemali-Juana mendukung ketahanan pangan dan ketahanan air,†ujarnya.
Bendungan Randugunting, lanjut dia, adalah salah satu bendungan yang termasuk dalam program strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Sesuai skenario, bendungan tersebut akan membendung sungai Randugunting, bertipe timbunan random dengan ketinggian 31 meter (m), panjang 363.35 m, luas genangan 157.468 ha (hektare), tampungan total 10.4 juta m3.
Dari daya tampungan efektif 8.61 juta m3 akan digunakan untuk mengairi area irigasi seluas 630 ha dan penyediaan air baku 0.10 m3/detik dan berfungsi sebagai pereduksi banjir sebesar 381.39 m2/detik.
Sedangkan air dari bendungan nantinya  dialirkan di area irigasi Kedungsapen, kabupaten Rembang dari total 1590 ha. Kemudian untuk air baku 0.10 m3/detik awalnya dibagi dua kabupaten yaitu Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora.
“Namun berkat perjuangan Bapak Bupati Blora Djoko Nugroho, akhirnya hanya akan diberikan untuk Kabupaten Blora saja. Air itu akan dipakai untuk wilayah KecamtanJapah yang akan dikelola oleh PDAM Blora,†jelas Djati kepada suarabanyuurip.com, Senin (13/11/2017) kemarin.
Dajti berharap bendungan itu bisa dipakai untuk destinasi pariwisata baru, disamping bisa digunakan untuk sarana olah raga air atau dipakai sebagai pembangkit listrik untuk menggerakkan turbin air sehingga bisa menghasilkan listrik.
Tahap konstruksi bendungan akan dimulai 2018. Sedangkan pra konstruksi telah dimulai tahun 2016 lalu yang meliputi proses perijinan dan sosialisasi. Sementara untuk tahun 2017 dilakukan pengadahan lahan.
Untuk tahun depan akan dimulai dengan tujuh kegiatan yaitu mobilisasi tenaga kerja konstruksi, mobilisasi peralatan dan material, serta pembangunan dan pengoperasian base camp yang memakan waktu sekira tiga bulan.
Adapun pekerjaan persiapan selama 6 bulan meliputi pekerjaan coffer dam, bendungan utama, pelimpah/split way membutuhkan waktu sampai tahun 2019. Untuk demobilisasi tenaga kerja konstruksi dilakukan akhir 2019, dan dilanjutkan tahap operasi dengan empat kegiatan. Di antaranya mobilisasi tenaga kerja iperasi, pengisian air bendungan, kegiatan operasional bendungan dan pemeliharaan bendungan.
“Diharapkan perekonomian masyarakat bisa bertambah baik dibanding tahun-tahun sebelumnya,†pungkas Djati.(ams)