SuaraBanyuurip.com -Â Ririn Wedia
Bojonegoro – Komisi B, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyayangkan penghentian pengolahan minyak mentah di kilang mini milik PT Tri Wahana Universal (TWU).
Penghentian produksi ini disebabkan karena adanya kenaikan bahan baku minyak mentah dari Lapangan Banyuurip sebesar USD 6 per barel berdasarkan Keputusan Menteri ESDM tentang Formula Harga Minyak Mentah Indonesia.
“Dampak penghentian kilang mini TWU akan sangat besar bagi masyarakat dan pemerintah daerah,” kata Sekretaris Komisi B, Lasuri, kepada Suarabanyuurip.com, Rabu (28/3/2018).
Selain menghentikan pajak dari operasional PT TWU ke Badan Pendapatan Daerah, tentu akan banyak pekerja yang menganggur.
“Itu jelas berdampak pada perekonomian masyarakat,” tukasnya.
Meski belum ada aduan ke DPRD setempat, namun pihaknya mengaku tidak bisa berbuat apa-apa karena penghentian operasional PT TWU murni bisnis to bisnis.
“Kita tidak bisa berbuat apa-apa, hanya saja butuh solusi agar PT TWU bisa berjalan kembali,” imbuhnya.
Hal itu, harus melalui koordinasi dengan Kementerian ESDM dan PT TWU untuk menemukan win-win solution. Bagaimana supaya PT TWU bisa bermanfaat bagi negera, daerah dan masyarakat.
“Semoga saja, pemerintah pusat bisa melihat dampak yang diterima akibat penghentian ini,” pungkasnya.
Di beritakan sebelumnya, Kilang milik PT TWU, itu justru berhenti produksi karena tidak mendapat pasokan minyak mentah dari Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, sejak 31 Januari 2018 lalu.
Penghentian produksi ini disebabkan karena adanya kenaikan bahan baku minyak mentah dari Banyuurip sebesar US $ 6 per barel berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 4028 K/12/MEM/2017 tanggal 21 November 2017, tentang Formula Harga Minyak Mentah Indonesia untuk Jenis Minyak Mentah Banyuurip.
Sebelumnya, kilang minyak milik Saratoga group di Dusun Celangap, Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, itu mendapatkan harga sesuai ICP Arjuna minus US$ 0,5 per barel. Setelah terbitnya Kepmen ESDM itu hargnya menjadi ICP Arjuna plus US$ 5,5 per barel pada titik serah di Floating Storage and Offloading ( FSO) Gagak Rimang di lepas Pantai Palang Tuban, Jawa Timur.
Sebelum menghentikan produksinya, TWU mendapat pasokan minyakan mentah dari Banyuurip sebanyak 6000 barel per hari (BPH). Minyak tersebut diolah menjadi empat jenis yakni High Speed Diesel (HSD), Straight Run Gasoline (SRG), VTB/LSWR oil, dan Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO).
Penghentian produksi kilang mini ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya pada 18 Januari 2016 silam, TWU juga menghentikan kegiatannya karena persoalan yang sama.(rien)