SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro – Peningkatan produksi minyak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, dari 220 ribu barel per hari (Bph) menjadi 235 ribu bph oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) belum bisa dipastikan kapan terlaksana.
“Kami terus bekerja sama dengan SKK Migas demi upaya terbaik guna meningkatkan produksi Banyu Urip dan Kedung Keris dengan mengutamakan aspek keamanan dan keandalan operasi selama masa pandemi Covid-19,” ujar Juru Bicara dan Humas EMCL, Rexy Mawardijaya saat ditanya suarabanyuurip.com kapan peningkatan produksi Banyu Urip ditingkatkan, Jumat (24/7/2020).
Untuk mendongkrak produksi minyak Banyu Urip diperlukan izin analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta persetujuan layak operasi (PLO) instalasi yang dikeluarkan oleh Ditjen Migas.
“Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam membantu mempercepat proses revisi AMDAL Banyu Urip dan dukungan berkelanjutan kepada operasi Banyu Urip secara umum,” ucap Rexy.
Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Susana Kurniasih menyampaikan kemampuan produksi Lapangan Banyu Urip dapat ditingkatkan lebih tinggi dari diperkirakan sebelumnya. Yakni dari produksi 220 ribu bopd pada awal tahun 2020, menjadi 235 ribu bopd.
“Kami sedang berkoordinasi dengan EMCL agar peningkatan produksi sebesar 235 ribu bopd dapat direalisasi. Semoga usaha ini dapat dilakukan segera, mengingat semua izin yang dibutuhkan untuk melakukan peningkatan produksi sudah diperoleh,†kata Susana dilansir dari situs resmi SKK Migas, Kamis (16/7/2020).
Izin peningkatan produksi yang dimaksud Susana adalah izin Amdal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta persetujuan layak operasi (PLO) instalasi EMCL untuk mendukung peningkatan produksi yang dikeluarkan oleh Ditjen Migas.
Menurut Susana potensi optimasi produksi Banyu Urip telah divalidasi dari kegiatan High Rate Test yang dilakukan di tahun 2019. Berdasarkan test tersebut fasilitas mampu berproduksi secara aman di level 235 ribu BOPD. Optimasi produksi di atas 220 ribu BOPD belum dapat dilaksanakan di tahun 2019 karena AMDAL yang ada pada saat itu hanya membolehkan produksi maksimal sebesar 220 ribu BOPD.
“Tahun 2020 ini revisi AMDAL telah diberikan oleh KLHK serta PLO juga telah disetujui oleh Ditjen Migas untuk berproduksi di atas 220 ribu BOPD hingga 235 ribu BOPD,” tegas Susana.
Mengacu pada hal-hal tersebut, lanjut dia, secara legalitas peningkatan produksi di atas 220 ribu BOPD dapat dilakukan sesegera mungkin. Optimasi produksi tersebut tentunya tetap memperhatikan aspek-aspek terkait seperti aspek subsurface yang akan tetap memastikan good reservoir management dari Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris terjaga serta aspek terkait keamanan, kehandalan operasi produksi dan dampak lingkungan yang timbul tidak melebihi ketentuan yang diizinkan.
“Kami harapkan dengan adanya tambahan produksi dari EMCL dapat membantu pencapaian target produksi migas nasional,” pungkas Susana.
Lapangan minyak Banyu urip di wilayah Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, memiliki 45 sumur. Rinciannya, 30 sumur produksi dan 15 sumur injeksi.
Produksi 220 ribu bph yang berlangsung sekarang ini termasuk dari Lapangan Kedung Keris (KDK) di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu.
Lapangan Kedung Keris target awal bisa berproduksi 10.000 Bph. Sumur ini bersinggungan dengan lapisan minyak setebal 561 kaki atau 171 meter di zona karbonat sasaran. Cadangan minyaknya sebesar 20 juta barel di temukan pada 2011.
Minyak dari Kedung Keris dialirkan melalui pipa ke pusat fasilitas pemrosesan (Central Processing Facility/CPF) Banyu Urip di Kecamatan Gayam sejauh 16 kilo meter (KM). Pipa yang digunakan sebesar 8 inchi sejauh ditanam sedalam 1 5 meter. Sepanjang 14 Km pipa ditanam di lahan milik EMCL, dan 2 Km menggunakan tanah milik warga.
Pipa minyak Kedung Keris melewati sejumlah desa yakni Desa Sukoharjo, Leran, Kecamatan Kalitidu; Desa Wadang, Jampet, dan Jelu, Kecamatan Ngasem, dan Desa Gayam, Kecamatan Gayam.
Setelah diproses di CPF Banyu Urip-dipisahkan air dan gasnya, minyak mentah Blok Cepu dialirkan ke Floating Storage and offloading (FSO) Gagak Rimang di lepas pantai Palang, Kabupaten Tuban, Jatim, menggunakan pipa 20 inci, untuk kemudian dikapalkan.
Berdasarkan hasil kajian teknis yang berkesinambungan, EMCL telah merevisi jumlah cadangan Banyu Urip hingga 450 juta barel minyak, dan baru-baru ini meningkat lagi hingga 823 juta barel minyak.(suko)