SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Program penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta kasus stunting menjadi prioritas nasional, tidak terkecuali di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Tahun 2020 angka AKI di Bojonegoro sebanyak 161,8 per 100 ribu kelahiran induk atau naik 12,14 poin dari tahun 2019.
Berdasarkan data layanan komprehensif berkesinambungan (LKB) tahun 2020, jumlah AKI Bojonegoro peringkat tertinggi di Jawa Timur dan AKB berada diurutan ke 9.
Direktur Institute Development of Society (IDFoS) Indonesia, Joko Purnomo menyampaikan, upaya mempercepat penyelesaian peramasalahan AKI, AKB dan stunting terus dilakukan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, swasta dan masyarakat.
“Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sudah sangat fokus dan memberikan komitmen untuk percepatan penurunan AKI/AKB dan stunting. Salah satunya mengadakan diskusi dan rembug khusus untuk membahas permasalahan itu,” ujar Joko kepada suarabanyuurip.com, Senin (22/3/2021).
Selain pemkab, lanjut Joko, pihak swasta juga sudah memulai memberikan perhatian untuk pengurangan stunting. Beberapa contoh adalah program peningkatan pelayanan posyandu dilakukan dengan metode positive deviance dengan percontohan dua desa di kecamatan Balen dan dua desa di kecamatan Bubulan. Program ini diprakarsai oleh operator Lapangan Minyak Banyu Urip, Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan SKK Migas.
“Ini menjadi contoh konkrit bagaimana sinergitas bersama untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan gizi anak di Bojonegoro,” tegas pria yang gemar olahraga ini.
Joko menjelaskan, program peningkatan pelayanan posyandu dilakukan dengan metode positive deviance ini dilaksanakan EMCLÂ dengan IDFoS Indonesia sebagai fasilitator. Program tersebut berdampak pada meningkatnya gizi anak yang kurang di lokasi pilot tersebut.
Selain itu, dalam program ini juga memberikan edukasi kepada ibu hamil dan ibu pengasuh. Karena sejatinya, penurunan angka AKI/AKB dan stunting harus dimulai dengan kesadaran masing-masing masyarakat, kader kesehatan, petugas kesehatan dan pemerintah.
Joko optimis program peningkatan kesehatan masyarakat khususnya di posyandu adalah program cross cutting dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs), dengan penerima manfaat sebagian besar adalah perempuan dan anak untuk mendukung pencapaian tujuan ke 2 yaitu mengakhiri kelaparan, tujuan ke 3 kesehatan yang baik dan kesejahteraan, tujuan ke 4 pendidikan bermutu, tujuan ke 5 kesetaraan gender, dan tujuan ke 17 yaitu kemitraan untuk mencapai tujuan.
“Sehingga dengan contoh program yang tepat, banyak tujuan diberbagai bidang yang mampu diselesaikan, namun harus dengan kata kunci sinergi serta kerjasama yang baik,” pungkas Joko.(jk)