Penyumbang 30% Produksi Minyak Nasional, Mengapa Presiden RI Tak Berani ke Bojonegoro

Pendapa Malowopati di samping gedung megah perkantoran Pemkab Bojonegoro berlantai tujuh.

Suarabanyuurip.com – d suko nugroho

Bojonegoro – Presiden Joko Widodo atau Jokowi dikabarkan akan ke Bojonegoro, Jawa Timur, untuk meresmikan proyek unitisasi Lapangan Gas Jambaran – Tiung Biru (JTB) pada pertengahan September 2022 ini. Namun banyak pihak yang meragukan keberanian Presiden RI ke 7 itu untuk menginjakkan kakinya di Bojonegoro. Padahal Bojonegoro menjadi penyumbang 30% produksi minyak nasional. Mengapa demikian ?

Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Jatim, selain Kediri yang menjadi pantangan untuk dikunjungi Presiden RI. Mitos ini telah berkembang dipelosok Bumi Angling Dharma-sebutan lain Bojonegoro.

Mitos Kabupaten Bojonegoro menjadi daerah angker bagi Presiden RI sudah banyak diperbincangkan oleh masyarakat setempat. Mulai dari paranormal, sesepuh (orang yang dituakan), kepala desa, hingga remaja.

Cerita yang bekembang di masyarakat, Presiden yang berani berkunjung ke Bojonegoro bakal lengser dari tahta (jabatanya) atau terkena masalah.

Mitos itupun belum terpecahkan. Sampai hari ini konon belum ada satupun Presiden RI yang berani menginjakkan kakinya di Bojonegoro, kecuali Presiden Soekarno. Itupun Soekarno harus lengser sebelum masa jabatannya habis dan harus diasingkan.

Setelah Soekarno, belum ada Presiden RI yang berani menginjakkan kakinya di Bojonegoro. Mulai dari Soeharto sampai Jokowi sekarang ini.

“Saya yakin setiap presiden memiliki penasehat spiritual, dan ia mengetahui itu,” ujar salah satu paranormal asal Kecamatan Gayam, Mbah Supar kepada suarabanyuurip.com, Minggu (11/9/2022).

Beberapa kali agenda kedatangan Presiden RI telah dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke Bojonegoro. Semuanya batal dan digantikan oleh menterinya.

Seperti jadwal kunjungan Presiden RI ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. SBY pada akhir Juni 2013 diagendakan untuk melihat kesiapan proyek Lapangan Minyak Banyu Urip, Blok Cepu di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Tapi batal.

Kemudian SBY kembali diagendakan meresmikan proyek Engineering Procurement and Construction (EPC) Banyu Urip pada 11 September 2014. Agenda diajukan tanggal 8 September 2014. Namun batal lagi.

Penandatanganan prasasti peresmian fasilitas produksi Lapangan Banyu Urip dilaksanakan di Surabaya bersamaan menghadiri puncak HUT TNI pada 7 September 2014. Sedangkan peresmian proyek di lokasi saat itu diwakilan kepada Menteri Koordinator Perekonomian, Chairul Tanjung pada 8 September 2014.

“Karena berbagai hal dan kondisi Indonesia akhir-akhir ini, bapak Presiden SBY membatalkan kunjungan ke sini, walaupun agendanya sudah beberapa kali disusun. Dan saya yakin sudara sudah tahu apa masalah itu tanpa saya katakan,” kata Chairul Tanjung saat meresmikan fasilitas produksi Banyuurip kala itu.

Presiden Jokowi dikabarkan akan meresmikan proyek Gas JTB di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro pada pertemgahan September 2022.
Dok.sbu© 2022 suarabanyuurip.com/Dok.sbu

 

Pantangan bagi presiden datang ke Bojonegoro, tampaknya, juga diugemi Jokowi. Mantan Walikota Solo ini sudah beberapa kali mengagendakan melalukan kunjungan ke Bojonegoro, namun batal.

Pertama, pada 27 April 2016. Agendanya tasyakuran puncak produksi Lapangan Banyu Urip pada 27 April 2016, dan sekaligus meresmikan proyek Unitisasi Gas JTB.

Agenda tersebut kemudian diundur pada Mei 2016. Tapi batal. Tasyakuran produksi puncak Banyu Urip dilaksanakan di Jakarta. Padahal berbagai persiapan telah disiapkan operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) untuk menyambut orang nomor satu di tanah air itu.

Selanjutnya pada Juli 2016, Jokowi kembali diagendakan ke Bojonegoro untuk melakukan peletakan batu pertama (groundbreking) proyek unitisasi gas JTB. Kunjungan juga batal, dan diwakilkan kepada Menteri ESDM, Ingnasius Jonan.

“Jangankan presiden, kelas kepala desa saja pasti memiliki penasehat spiritual,” tegas Mbah Supar.

Tidak beraninya presiden RI menapakan kakinya di Bojonegoro, menurut dia, dibuktikan dengan batalnya beberapa kali agenda ke kabupaten yang dibelah di Sungai Bengawan Solo ini. Jokowi hanya sekali melintasi wilayah pinggiran Bojonegoro bagian barat yakni ketika melakukan kunjungan Cepu, Kabupaten Blora pada 7 Maret 2015. Jokowi menempuh perjalanan darat dari Ngawi kemudian melintasi Kecamatab Margomulyo, Ngaroho, dan Padangan.

“Saat itu Presiden Jokowi juga tidak berani turun dari mobil untuk menyapa warga Bojonegoro yang menyambutnya di sepanjang jalan. Dia baru berani turun dan menyapa warga saat di Kantor Pos Cepu di jalan Rumah Sakit Umum,” bebernya.

Keangkeran Kabupaten Bojonegoro bagi presiden juga diperkuat saat peresmian Bendungan Gongseng yang berada di Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro. Presiden Jokowi melakukan peresmian Bendungan Gongseng bersamaan Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek pada 30 November 2021 lalu.

Paranormal lainnya, Mbah Min menuturkan dari sudut pandang cerita pewayangan. Menurut pria berusia 71 tahun asal, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro merupakan titisan Batara Hyang Wisnu, salah satu tokoh pewayangan yang banyak dipercaya orang jawa pada umumnya. Karakter Hyang Wisnu, adalah sosok ksatria dan raja sakti yang mengedepankan keadilan dan mementing kesejahteraan rakyat.

“Ceritanya kalau untuk urusan politik dia tidak suka sewenang-wenang. Hyang Wisnu memikirkan rakyat,” tuturnya.

“Jadi kalau pemimpin karakternya bertentangan Hyang Wisnu, bisa terkena musibah jika masuk ke Bojonegoro. Musibah itu bisa lengser dari jabatannya atau tersandung masalah,” lanjut pria penjaga makam yang dikeramatkan.

Di Kabupaten Bojonegoro juga berkembang mitos siapa kestaria yang berani terlebih dahulu menyebrangi Sungai Bengawan Solo dalam sebuah peperangan maka akan kalah. Sejarah pun membuktikan saat Arya Penangsang alias Arya Jipang, penguasa Kadipaten Jipang, tewas dalam peperangan hebat di Bengawan Solo.

Menurut buku Babad Tanah Jawi yang disusun W.L. Olthof di Leiden, Belanda pada 1941, Arya Penangsang sangat sulit untuk dibunuh. Namun pada akhirnya dia tewas secara mengenaskan setelah menyerang lebih dahulu dengan menyebrangi Sungai Bengawan Solo ditangan prajurit Sultan Pajang, Sultan Hadiwijaya alias Maskarebet atau Jaka Tingkir.

“Terlepas semua ini hanya sebuah mitos, tapi sampai saat ini belum ada presiden ke Bojonegoro, kecuali Pak Soekarno, pungkasnya.

Kabar kedatangan Jokowi ke Bojonegoro lagi untuk meresmikan proyek unitisasi Gas JTB pada pertengahan September ini disambut pesimis oleh Mbah Min.

“Saya tidak yakin, Pak Jokowi berani ke Bojonegoro. Kalau beliau sampai datang ke sini, berarti mitos yang selama ini dipercaya masyarakat terpecahkan,” pungkasnya.(suko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *