Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Bertolak dari pemahaman bahwa pembangunan bukan hanya untuk segolongan atau sekelompok masyarakat tertentu saja, masyarakat sipil di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mendirikan organisasi non profit dan non pemerintah (Ornop) bernama Alas Indonesia.
Dalam perjalanannya, organisasi ini tercatat banyak mensukseskan program dari operator ladang minyak Banyu Urip, Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan operator ladang gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC). Baik dalam pendampingan program pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sumber daya manusia.
Direktur ALAS Indonesia, Arul Efansyah menuturkan, bahwa ALAS Indonesia merupakan akronim dari Aksi untuk Lingkungan Alam dan Sosial atau biasa disebut Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ALAS Indonesia. Sebelumnya organisasi komunitas ini didirikan pada 2016 dengan nama ALAS Institute Bojonegoro.
“Kami lakukan perubahan nama menjadi ALAS Indonesia sejak 2023,” tuturnya kepada SuaraBanyuurip.com, Minggu (12/02/2023).
Sejak berdiri, ALAS Indonesia telah mencatatkan diri turut berperan dalam mempromosikan kesadaran lingkungan hidup melalui pendidikan, pendampingan, kampanye lingkungan hidup, pengorganisasian rakyat, dan protes-protes sosial lainnya.
Ornop ini memiliki visi, yaitu terciptanya suatu tatanan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang adil dan demokratis. Agar rakyat dapat mempertahankan sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan.
Direktur ALAS Indonesia, Arul Efansyah (kiri) saat serah terima program Patra Daya.
© 2023 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari
Selain itu ada enam misi yang diusung. Antara lain; rakyat memiliki akses dan kontrol sumber-sumber kehidupan, adanya jaminan keselamatan kawasan kawasan ekologi genting sebagai sumber-sumber kehidupan rakyat, membangun kekuatan alternatif politik rakyat, membangun potensi kekuatan dan ketahanan rakyat, membangun tata ekonomi alternatif dunia baru, serta mendesakkan kebijakan pengelolaan sumber kehidupan rakyat yang adil dan berkelanjutan.
Program yang dijalankan oleh organisasi nirlaba ini berfokus antara lain pada pemberdayaan ekonomi, koperasi, dan kelompok swadaya masyarakat. Kesejahteraan serta kesehatan ibu dan anak. Peningkatan mutu pendidikan dan pengenalan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat peduli lingkungan dan masa depan. Pelatihan atau Training Centre, serta banyak lagi program lainnya.
“Kami memiliki 13 program jangka panjang dan 14 program jangka pendek. Sosialisasi program dan konsultasi sebagaimana yang sering kami lakukan itu berada dalam program jangka pendek,” ujar pria yang karib disapa Arul ini.
Disinggung ihwal pengalaman ALAS Indonesia. Arul menyebutkan, puluhan program sukses dilaksanakan sejak 2016. Seluruh program itu selaras dengan visi dan misi organisasi. Termasuk pendampingan program dari para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Bojonegoro. Baik program dari EMCL maupun PEPC.
Adapun program dari EMCL, sebagian diantaranya yang sukses dijalankan ialah program dukungan penghijauan lingkungan bersama karang taruna di Kecamatan Gayam, program peningkatan status kesehatan masyarakat melalui perbaikan tempat tinggal. Kemudian program dukungan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Bojonegoro, serta program Patra Daya pembangunan infrastruktur publik.
“Sedangkan dari PEPC, misalnya program pembangunan Turap Penahan Tanah (TPT),” beber pria yang berkantor di Jalan Panglima Polim, Kelurahan Sumbang, Kecamatan Kota.
Sementara itu, Penasehat ALAS Indonesia, Achmad Danial Abidin menambahkan, bahwa sebagai jaringan lembaga sosial pembela lingkungan hidup yang bersifat independen dan nirlaba, hidup matinya ALAS Indonesia sangat tergantung pada dukungan publik.
“Oleh karena itu, selain membutuhkan tangki pemikir, pimpinan-pimpinan organisasi rakyat yang kuat, juga memerlukan komunitas dan individu yang bersolidaritas tinggi pada masa depan lingkungan hidup,” imbuhnya.(fin)