Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Kecambah ale memiliki aroma khas. Tanaman ini banyak diburu orang karena sangat pas untuk tambahan sayur atau sambal.
Di Desa Bogo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur banyak warga memproduksi kecambah ale. Mereka dengan mudah melakukan budidaya ini. Cukup di depan rumah.
Seperti yang dilakukan Lia Sudarsih. Ia menggunakan media pasir yang kemudian ditutup terpal agar udara di dalamnya pengap dan lembab. Kondisi ini menjadikan pertumbuhannya cepat dan subur.
Seperti tanaman lainnya, kecambah ale juga butuh disirami air. Sore itu Lia membuka tutup terpal. Bau ale begitu kuat menusuk hidung.
Tanah yang diberikan media pasir berisi ratusan kecambah ale terlihat sudah menguning. Ada yang mulai baru tumbuh akar, hingga sudah siap panen.
Namun, ada juga beberapa ale berwarna hijau dan hitam atau mati. Kata Lia, ale warna hijau rasanya tak sesedap yang sudah menguning.
“Kalau tidak ditutup seperti ini, jadi hijau warnanya dan tak bisa dijual,” katanya, Rabu (19/7/2023).
Lia menjelaskan, budidaya ale sangat mudah hanya membutuhkan media pasir halus serta perawatan rutin. Ada tujuh lahan ale di depan rumahnya. Dalam seminggu bisa dipanen dua kali.
“Lima hari sekali panen dan langsung siap jual. Jualnya per kilo, 1 kgnya Rp 40 ribu,” katanya kepada suarabanyuurip.com.
Menurutnya, pohon yang bisa menghasilkan biji ale di Bojonegoro cukup sulit didapatkan. Warga Desa Bogo saat memproduksi ale diawali dengan mendatangkan biji buah ripung atau klampis dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kami beli bjinya dari NTT, untuk pengirimannya biasanya hanya sekali dalam setahun. Sekali kirim langsung 1 ton kemudian dibeli warga seharga Rp 15 ribu per kgnya,” kata Lia.
Dia mengatakan, ale memiliki wangi sedap yang khas ini banyak dicari warga untuk tambahan sayur atau sambal bahkan dijual kembali. Sebab, rasanya yang khas membuat masyarakat ketagihan.
“Apalagi digunakan untuk tambahan sayur atau sambal saat makan, pasti sangat nikmat,” katanya.(jk)