SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro – Biaya produksi minyak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) paling efisien dibanding kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lainnya. Ongkos produksi minyak Lapangan Banyu Urip hanya sebesar 2,2 Dolar per barel atau setara Rp 30 ribu per barel. Sementara ongkos produksi minyak di industri pada umumnya mencapai 20 dolar sampai 30 dolar per barel atau setara Rp 240 ribu sampai Rp 420 ribu per barel.
“Dibanding lainnya sangat sangat jauh sekali. Ongkos produksi kita sangat irit sekali. Karena pekerjaan kita efisien dan tidak boros, ongkos produksi kita bisa hanya 2,2 dolar per barel,’ kata Harwiyono, Onshore Facility Manager EMCL kepada wartawan dalam rangkaian kegiatan bertajuk “Media Bojonegoro dan Tuban Sambangi Lapangan Banyu Urip, Selasa (19/9/2023).
Biaya produksi minyak Banyu Urip yang efisien ini telah menyumbang pendapatan negara cukup besar. Sebab dari harga minyak mentah dikurang biaya produksi, maka sisanya akan menjadi pendapatan negara. Dengan persentase pembagian, 85 % untuk pemerintah dan 15 % dibagi untuk operator (EMCL), Pertamina dan Badan Kerja sama (BKS) Blok Cepu.
“Semangat kita adalah bagaimana kita bisa bekerje efisien, supaya kita bisa menyumbangkan lebih banyak lagi pendapatan bagi negara,” lanjut Pak Harwi, sapaan akrabnya.
Lapangan minyak Banyu Urip berada di lahan seluas sekitar 400 hektar yang mencakup Desa Gayam, Mojodelik, Brabowan dan Bonorejo, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Produksi minyak Blok Cepu sekarang ini sebesar 170 ribu barel per hari (bph) atau mengalami penurunan dari sebelumnya yang mencapai 220 ribu bph. Produksi ini menjadi terbesar kedua di Indonesia setelah Blok Rokan di Provinsi Riau yang sekarang ini mencapai di atas 200 ribu bph.
Produksi minyak Blok Cepu berasal dari 30 sumur produksi dan 15 sumur injeksi di tapak sumur A, B dan C Lapangan Banyu Urip di wilayah Kecamatan Gayam, serta Lapangan Kedung Keris (KDK) di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu.
“Kedung Keris ini luar biasa. Produksinya bisa 20 ribu barel per hari dari target awal 10 ribu barel per hari. Padahal di situ hanya ada satu sumur,” tegas Pak Harwi.
Produksi Blok Cepu telah menjadi tulang punggung ketahanan energi Indonesia. Setidaknya 25 persen produksi minyak nasional sebesar 600 ribu bph disokong dari lapangan yang dikelola anak perusahaan ExxonMobil.
Lapangan Banyu Urip sampai saat ini telah memproduksi lebih dari 600 juta barel minyak untuk Indonesia. Jumlah ini melebihi cadangan yang ada pada awal ditemukan yakni sebesar 450 juta barel.
Produksi minyak lapangan Banyu Urip dialirkan dari pusat fasilitas pemrosesan (central processing facility/CPF) di wilayah Kecamatan Gayam melalui pipa darat berdiameter 20 inci sepanjang 72 kilometer (Km) dan 20 Km yang ditanam di dasar laut menuju fasilitas penyimpanan dan alir muat terapung (Floating Storage and Offloading/FSO) Gagak Rimang di perairan Tuban.
Sejak on stream pada 2015, EMCL telah melakukan lebih dari 927 kargo lifting. Lapangan Banyu Urip ditargetkan bisa menyumbang pendapatan negara sebesar USD 50 Miliar atau setara Rp 750 triliun.
“Sumbangsih pendapatan negara ini juga mampu memberi bagi hasil daerah yang cukup besar,” pungkas Pak Harwi.
Cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip akan terus dimaksimalkan. EMCL sekarang sedang mempersiapkan pengeboran tujuh sumur Infill Clastic di lapangan Banyu Urip. Pengeboran ini untuk kembali mendongkrak produksi minyak Blok Cepu.
Pengeboran tujuh sumur Infill Clastic di lapangan Banyu Urip akan dilaksanakan oleh
PT Pertamina Drilling Services Indonesia (Pertamina Drilling). Kontrak kerja sama proyek pengeboran telah ditandatangani PDSI dengan EMCL di Jakarta, Kamis, 10 Agustus 2023.
Dalam kesepakatannya, Pertamina Drilling direncanakan akan mengerjakan 7 sumur di Lapangan Banyu Urip dengan perkiraan tajak pada Maret 2024.
Dalam proyek pengeboran 7 sumur ini, PDSI akan menggunakan Rig PDSI #40.3 yang berspesifikasi Rig Cyber Electric VFD System dengan kapasitas 1500 HP. Keunggulan Rig ini adalah Fast Walking/Skidding, Compact Rig dan Batch Drilling.
Portofolio rig ini berhasil melakukan pengeboran Batch Drilling EMCL di Lapangan Banyu Urip pada tahun 2013-2015. Dengan Achievement 0 LTA dan Down Time dibawah 2%, rig ini mendapatkan penghargaan sebagai Nominated Best Rig on Exxon Mobil Rig Drilling World Wide (President Award).
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menjelaskan, pengeboran Banyu Urip Infill Clastic ini sebagai upaya untuk mencapai target produksi sebesar 1 juta bph dan gas menjadi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030.
Dwi juga menegaskan, penandatanganan kontrak pengadaan rig untuk pengeboran Banyu Urip Infill Clastic adalah representasi dari kesuksesan kolaborasi antara EMCL, PHE, dan PDSI untuk mempercepat pendapatan rig.
“Sehingga jadwal pengeboran dapat dimajukan dari yang semula September 2024 menjadi Februari 2024,” tegasnya.
Ketua Badan Kerja Sama (BKS) Blok Cepu, Hadi Ismoyo sebelumnya menyampaikan, investasi untuk pengeboran sumur baru di Lapangan Banyu Urip, telah diputuskan pada 23 Oktober 2021. Nilainya mencapai sebesar USD150 juta atau setara Rp 2,1 triliun. Biaya tersebut untuk pengeboran 7 sampai 10 sumur baru dalam rentang waktu empat tahun.
Hadi menjelaskan, dari total tambahan investasi USD 150 juta itu, biaya yang harus dibayarkan BKS Blok Cepu sebesar USD15 juta atau Rp 216.635.250.000. Jumlah tersebut sesuai porsi BKS dalam pengelolaan penyertaan modal (Participating Interes/PI) 10% yang dibagi empat BUMD.
Rinciannya, BUMD Bojonegoro PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) 4,48%; BUMD Provinsi Jatim PT Petrogas Jatim Utama (PJUC) 2,24%, BUMD Blora PT Blora Patragas Hulu (BPH) 2,18%, dan BUMD Provinsi Jateng PT Sarana Patra Hulu Cepu, 1%.
Dari hasil kajian yang dilakukan, Hadi melanjutkan pemboran sumur baru itu bisa menambah produksi minyak Lapangan Banyu Urip sekitar 15.000 sampai 20.000 ribu barel per hari (Bph) pada tiga tahun mendatang.
Sementara itu, Anggota Komisi B DPRD Bojonegoro, Lasuri meminta agar tambahan dana investasi pengeboran tujuh sumur baru di Lapangan Banyu Urip untuk bagian Bojonegoro ditanggung sepenuhnya oleh BUMD PT ADS. Bukan oleh mitra penyandang dana, PT Surya Energi Raya (SER).
Menurut Lasuri, Kabupaten Bojonegoro sangat mampu membiayai tambahan investi tersebut karena memiliki APBD besar. Sehingga keuntungan (dividen) dari tambahan investasi tersebut nantinya dapat dinikmati sepenuhnya oleh Pemkab Bojonegoro.
“Apalagi modal SER sudah kembali, bahkan sudah untung. Jadi tambahan investasi ini biar Bojonegoro yang membiayai,” tegas politisi PAN ini.(suko)