SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Pepatah dari orang bijak ini patutlah kiranya disematkan pada Yanuar Kriswanto, warga Desa Ngablak, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Pasalnya, dia pernah terpuruk sebelum akhirnya mampu meraup omzet jutaan rupiah per hari dari usaha perah susu kambing miliknya.
Usaha perah susu kambing milik Yanuar, demikian ia karib disapa, berawal dari kegagalan dia sebagai event organizer pada 2014. Tak ingin berlama-lama dalam kemunduran, pemuda supel ini segera banting setir membuat upaya baru. Pilihannya jatuh membuka kandang kambing.
Kandang pertama yang dia buka hanya berukuran 9×1,5 meter (m) berisi 7 ekor domba. Usaha ini berkembang hingga 2015 pada jual beli pakan berbahan berbagai limbah pertanian. Pada tahun ini pula dua induk kambing perahan bermula. Tak berhenti sampai di situ, sebab pada 2016 ia mendapat kesempatan suplai domba ke Jabotabek.
Dari dua ekor indukan kambing perah ini kemudian berlanjut terus menerus sampai tahun 2023 mencapai 47 ekor kambing siap perah. Begitu pula kandangnya turut membesar berukuran sekira 60×20 meter.

Ada tiga jenis kambing perahan yang diternak Yanuar, yaitu peranakan etawa, savera, dan saanen. Selisih harga dalam kondisi siap perah antara ketiganya jika dihitung sebagai modal dia katakan tak jauh banyak. Rata-rata di kisaran Rp6 juta setiap ekor.
“Sebelum ini rata-rata produksi susu perah 15 liter per hari, tetapi setelah ada indukan 47 ekor bisa produksi ebih banyak,” kata bapak muda yang sudah memiliki tiga orang putra ini kepada SuaraBanyuurip.com, Kamis (16/11/2023).
Hasil perahan susu, setelah melalui tahap pasteurisasi lalu dikemas sedemikian rupa dalam botol berukuran 100 mililiter (ml) dan 250 ml. Kemudian dipasarkan ke berbagai retail dan supermarket. Dari setiap liter susu segar untuk end user, pemilik Zodiak Capricorn ini mendapat Rp40.000.
Sebaliknya jika diambil oleh pabrikan harganya lebih rendah, yakni Rp19.000 per liter, tetapi langsung terjual banyak. Jika mengacu produksi 15 liter per hari, maka dari penjualan ke end user Yanuar bisa memperoleh omzet minimum Rp2,4 juta per hari, atau Rp72 juta per bulan.
“Tapi jangan lupa, ongkos produksi juga harus dihitung, besarnya Rp3.500 tiap liternya,” bebernya.
Susu hanyalah salah satu dari keuntungan beternak kambing perah. Pemuda kelahiran 34 tahun lalu ini menyebutkan masih ada dua keuntungan lainnya, yaitu daging, dan anakan kambing untuk investasi.
Penting untuk diperhatikan, yakni pakan silase dan complete feed. Bahannya semuanya organik. Untuk silase bisa di tandon menjadi persediaan sampai sebulan. Sedangkan complete feed penting untuk kecukupan nutrisi kambing.
“Karena kambing perah tidak bisa hanya dikasih rumput saja,” tandasnya.

Sebetulnya secara umum tidak sulit mengelola kambing perah bagi Yanuar. Paling penting dalam prosesnya adalah kebersihan dan sterilisasi. Selain itu penyimpanannya juga harus didalam freezer. Sebab tiada tambahan apapun dalam susu segar merek “SUKAMSE” yang telah tersertifikasi halal.
Perjalanan panjang “Kandang Yusuf” (nama kandang kambing Yanuar) menjadikan tempat ini jujugan banyak orang. Baik untuk sasaran edukasi peserta didik dari tingkat TK sampai SMA, maupun sebagai tempat belajar para peminat. Seperti yang terlihat hari ini, sejumlah peternak dari Kecamatan Ngasem, Suraji dan rekan-rekan sedang belajar ke Kandang Yanuar.
Suraji, peternak kambing asal Desa Bareng, Kecamatan Ngasem mengaku sangat tertarik beternak kambing perah. Karena banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari usaha tersebut, tidak hanya secara ekonomi, namun sisi kesehatan pula. Hanya saja ia merasa belum mahir membuat pakan.
“Sejak adanya Covid, masyarakat makin peduli kesehatan, dan terbukti susu kambing memiliki manfaat sangat baik tak hanya untuk menjaga kesehatan, tetapi bahkan untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit,” tegasnya.(fin)