Misteri Tewasnya Pelajar SMA Negeri di Bojonegoro, Polisi Masih Cari Bukti

Kasat Reskrim Polres Bojonegoro.
Kasat Reskrim Polres Bojonegoro, AKP Fahmi Amirullah.

SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Tewasnya Galang Regil Metrik Yoga Afandi, (18), pelajar SMA Negeri di Bojonegoro, Jawa Timur, masih menjadi misteri. Pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan dan mencari bukti untuk memastikan apakah pelajar kelas XII itu meninggal murni karena kecelakaan atau dikeroyok.

Kasatreskrim Polres Bojonegoro, AKP Fahmi Amarullah saat dikonfirmasi mengatakan, masih terus mencari bukti dan melakukan penyelidikan tewasnya korban. Dari olah tempat kejadian perkara (TKP) yang dilakukan bersama Satlantas, Selasa (13/2/2024), memang ditemukan bekas darah.

“Tapi masih belum bisa mengkonfirmasi kejadian itu karena pengeroyokan,” katanya kepada suarabanyuurip.com, Kamis (15/2/2024).

Fahmi menegaskan, pihak kepolisian akan bertindak cepat jika memang ada potensi pidana dalam kasus tersebut. Yakni akan mencari semua saksi, bukti dan petunjuk yang ada.

Namun, saat ditanya mengenai hasil pemeriksaan CCTV di sekitar lokasi, Fahmi tidak memberikan informasi detail.

“Dari pemeriksaan CCTV kami juga belum memastikan karena masih melakukan pendalaman,” ujarnya.

Fahmi juga menyampaikan jika hasil otopsi terhadap jenazah korban yang dilakukan pada Selasa (13/2/2024) malam, belum keluar.

Sementara itu, Kasat Lantas AKP Anjar Rahmad Putra mengatakan, masih melakukan penyelidikan terkait kejadian tersebut.

“Masih melakukan tahapan penyelidikan dari pihak yang berkompeten,” katanya.

Pelajar tewas dikeroyok
Warga menunjukkan lokasi kejadian yang masih terdapat bekas darah yang sudah mengering.

Galang Regil Metrik Yoga Afandi meninggal pada Senin Senin (12/2/2024) dini hari, pukul 01.30 Wib di Rumah Sakit Wahyu Tutuko. Remaja yang tinggal di RT 009 RW 003 Dusun Dalemkidul, Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, itu tewas diduga karena dikeroyok oleh segerombolan orang tidak dikenal di jalan nasional Bojonegoro – Nganjuk, turut Desa Mojoranu.

Salah satu saksi, Mokh Rafi Alif Affandy, (18), sebelumnya menyampaikan, sebelum korban meninggal dunia dirinya yang berboncengan dengan Galang berpapasan dengan gerombolan orang tidak dikenal mengendari sepeda motor dari arah utara memenuhi badan jalan sambil mengacung-acungkan tangannya dan berteriak.

Gerombolan orang tidak dikenal itu, lanjut Rafi, juga mengganggu hingga dirinya jatuh dari motor dan kemudian mengerubungi serta memukulnya.

“Waktu itu saya sudah menepi, tapi gerombolan itu masih mengganggu hingga saya terjatuh dari motor. Saya tidak tahu apakah Galang waktu itu terkena pukulan atau tidak. Tapi setelah saya jatuh mereka ada yang mendatangi saya dan ada beberapa memukul saya,” tutur Rafi.

Ibunda Galang, Eko Cahyo Puspaningrum masih berkeyakinan jika anak pertamnya meninggal karena dianiaya, bukan akibat kecelakaan. Sebab luka yang ada pada tubuh galang bukan luka seperti kecelakan. Selain itu dari cerita tiga saksi yang malam itu bersama Galang, mereka dikeroyok.

“Lukanya hanya di kepala bagian depan dan belakang. Kepala belakang bagian bawah berlubang dan kepala bagian depan cekung ada lukanya,” tuturnya.

“Kalau kecelakaan pasti tangan dan kaki ada beset-besetnya. Ini tidak ada,” lanjut Eka.

Eka berharap pihak kepolisian tidak merekayasa perkara ini menjadi kecelakaan lalu-lintas.

“Saya hanya minta keadilan untuk anak saya. Biar mereka tenang di sana, dan tidak terulang lagi kejadian seperti ini dikemudian hari,” pungkasnya.(jk)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *