Wisata Geopark Bisa Dijadikan Branding Bojonegoro, Ini Keunikannya

Petroleum Geopark Bojonegoro.
Sumur minyak tradisional di Kecamatan Kedewan merupakan salah satu wisata petroleum geopark di Kabupaten Bojonegoro.

SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho

Bojonegoro – Penjabat (Pj) Bupati Bojonegoro, Adriyanto mengatakan wisata Geopark bisa menjadi salah satu branding Kabupaten Bojonegoro, selain potensi lain yang dimiliki. Geopark Bojonegoro sekarang ini sedang diusulkan peningkatan statusnya menjadi UGGp (Unesco Global Geopark).

“Ini bisa menjadi branding Bojonegoro. Mudah-mudahan Geopark Bojonegoro segera mendapat sertifikat dari Unesco,” kata Adriyanto saat menjadi narasumber dalam talkshow bertajuk “Kolaborasi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan Media dalam Membangun City Branding”, di salah satu hotel, Minggu (24/4/2024).

Menurut Adriyanto, jika Geopark Bojonegoro mendapat pengakuan Unesco, maka akan menjadi kekuatan dan daya tarik bagi orang luar daerah yang ingin mencari ilmu, belajar, serta berkegiatan yang bersifat ilmiah mengenai geopark.

“Impactnya tidak hanya pada wisata, akan tetapi bisa membuat Kabupaten Bojonegoro berbeda dari daerah lainnya,” tegas pejabat Kementerian Keuangan itu.

Untuk diketahui, Geopark Bojonegoro merupakan salah satu geopark nasional. Kawasan geopark Bojonegoro telah resmi memperoleh sertifikat geopark nasional sebagai kawasan cagar alam geologi dari Badan Geologi, Kementerian ESDM pada 2017 lalu. Dengan areal seluas 23 kilometer persegi dan dihuni 1.400 jiwa, Kawasan Geopark Bojonegoro menjanjikan wisata alam khususnya berupa hamparan minyak yang menyatu dengan kebudayaan setempat.

Selain hamparan minyak, masih ada destinasi wisata yang juga tersebar di Kawasan Geopark Bojonegoro. Di antaranya, struktur “Antiklin” Kawengan bagian puncak antiklin, bagian sayap kanan dan sebagian sayap kiri, semuanya di Kecamatan Kedewan.

Geopark lainnya adalah Kayangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem; Dung Lantung di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras; dan lokasi temuan fosil Gigi Hiu purba di Desa Jono, Kecamatan Temayang.

Selain banyak dikunjungi wisatawan, selama ini kawasan Geopark Bojonegoro juga kerap dijadikan sebagai laboratorium alam oleh perguruan tinggi ternama dengan belajar langsung. Mereka biasanya akan terkonsentrasi di kawasan hamparan minyak.

Di kawasan ini, terdapat sejumlah titik yang kerap dikunjungi seperti pertambangan minyak zaman kolonial Bslanda yang telah dikelola selama 110 tahun. Terdapat 700 sumur minyak yang 200 sumur di antaranya ditambang secara tradisional.

Petroleum Geopark Bojonegoro pernah menarik perhatian sejumlah daerah di Indonesia dan warga negara asing saat tampil di ajang Asia Pacific Geopark Network (APGN) Symposium yang ke-6 di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2019 lalu.

Mereka tertarik dengan keunikan Petroleum Geopark Bojonegoro. Yakni Sumur minyak tua Wonocolo. Mereka ingin mengetahui tentang proses pembuatan bahan bakar minyak, mulai dari pemisahan air dan lantung, yang kemudian diolah menjadi solar, minyak tanah dan bensin.

Selain itu, keunikan lain dari Geopark Bojonegoro adalah merupakan Geopark yang bertema Geopark minyak bumi. Dari 20 geosite yang dimiliki Bojonegoro, geosite utamanya adalah geosite Kayangan Api dan Wonocolo.

Proses geologi dari Wonocolo merupakan antiklin yang menyebabkan formasi Wonocolo yang umurnya lebih tua dari formasi Ledok menerobos dan berada di permukan. Struktur tersebut kemudian menyebabkan terbentuknya minyak di wonocolo.

Di kawasan Wonocolo ini batuan reservoir penghasil minyak bumi pada kedalaman rata-rata +100 meter di bawah permukaan tanah (kedalaman reservoir berada di atas permukaan air laut). Artinya, wonocolo merupakan kawasan penghasil minyak bumi terdangkal di Indonesia, bahkan di dunia.

Direktur Eksekutif Surabaya Tourism, Prof Mohammad Yasak Anshori MM, menyampaikan, keberadaan sumber daya alam berupa migas yang dimiliki Kabupaten Bojonegoro bisa dijadikan salah satu branding yang membedakan dengan daerah-daerah lain.

Namun, lanjut dia, untuk menciptakan branding tersebut diperlukan kajian mendalam, desain, perencanaan matang, dan implementasi serta komitmen kuat dari kepala daerah.

“Juga senergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, karena impact dari branding ini akan dirasakan oleh berbagai elemen masyarakat,” tegasnya.(suko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *