SuaraBanyuurip.com – Meski menjadi salah satu lapangan migas tertua di Indonesia, produksi minyak PT Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) masih jadi andalan peyokong energi nasional. Hingga 17 Maret 2024, realisasi minyak mencapai sebesar 25.773 barel oil per day (BOPD) dari target APBN sebesar 30.077 BOPD atau 85,7%.
Sementara realisasi gas sebesar 73,5 MMSCFD dan tidak ada target pada APBN. Untuk salur gas terealisasi sebesar 50,4 MMSCFD dari target APBN 40 MMSCFD atau 95,3%.
“Produksi PHE ONWJ termasuk 5 besar sebagai oil producer di Indonesia,” kata Pjs General Manager PHE ONWJ Wirdan Arifin memberikan laporan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) di Cirebon, Selasa, (26/3/2024).
PHE ONWJ memiliki area operasi lepas pantai yang luas di perairan Utara Jawa Barat. Wilayah kerja PHE ONWJ membentang seluas 8.300 kilometer persegi dari Kepulauan Seribu hingga Cirebon, Jawa Barat. Aset ini mengoperasikan lebih dari 200 anjungan lepas pantai dan lebih dari 200 sumur aktif. PHE ONWJ dikenal kehandalannya dalam mengoperasikan fasilitas operasi migas lepas pantai.
Pencapaian PHE ONWJ, sejak tahun 2009 dioperatori PT Pertamina, pada tahun 2023 mencatatkan produksi sebagai berikut, yaitu realisasi minyak sebesar 26.580 BOPD dari target APBN 29.000 BOPD atau 91,6%. Untuk realisasi gas sebesar 73.9 MMSCFD dan tidak ada target pada APBN. Sementara Salur gas terealisasi sebesar 52,4 MMSCFD dari target APBN 55 MMSCFD atau 95,3%.
PHE ONWJ merupakan salah satu lapangan minyak dan gas bumi tertua di Indonesian yang sudah beroperasi sejak 1966 dan masih berproduksi hingga kini.
Meski termasuk lapangan tua, namun masih prospek untuk dikembangkan, utamanya di dua lapangan Zulu yang pertama kali ditemukan pada tahun 1974 dan lapangan GOX Complex.
“Saya ingin melihat lebih dekat di sini, yang masih mempunyai prospek, yaitu Lapangan Zulu dan GQX Complex, dan kita sudah sepakat untuk mempercepat pengembangan yang Lapangan GOX sehingga cepat untuk berproduksi lagi,” kata Arifin dalam kunjungannya.
Selain itu, Arifin juga meminta PHE ONWJ meningkatkan kinerjanya khususnya terkait persiapan infrastruktur proyek pengembangan dan optimalisasi pemanfaatan Floting Storage and Offloading (FSO).
“Perlu adanya efisiensi waktu dalam mengembangkan GQX Complex karena potensinya yang besar,” tambah Arifin.
Menteri Arifin mengingatkan pentingnya menjaga semangat untuk mengupayakan peningkatan produksi minyak seiring terus meningkatnya kebutuhan agar tidak semakin besar impor yang dibutuhkan.
“Semangat tetap dijaga karena minyak itu kebutuhan yang vital harus dijaga ketersediaannya, jangan sampai demandnya terus bertambah produksinya turun, karena itu terus kita upayakan kalau turun, turunya pelan-pelan, kalau bisa ditambah kenapa tidak,” ucap Arifin.
Dalam kunjungan ini, Menteri Arifin Tasrif didampingi oleh Dirjen Migas Tutuka Ariadji; Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto; Deputy Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo; Direktur Teknik dan Lingkungan Noor Arifin; Direktur Utama PHE Chalid Said Salim, dan Direktur Produksi dan Pengembangan PHE Awang Lazuardi dan Pjs General Manager PHE ONWJ, Wirdan Arifin. Sedangkan PTH Direktur Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina, Ibnu Suhartanto berkesempatan melepas keberangkatan tim ke Bravo Flowstation.
Anjungan Bravo Flowstation beroperasi sejak 1971 dan dikelola PHE ONWJ mulai 2009 hingga sekarang. Pada tahun 2017, Blok ONWJ menjadi blok migas pertama di Indonesia yang menerapkan skema kontrak bagi hasil Gross Split.(red)