Blok Cepu memiliki potensi satu miliar barel minyak. Produksinya menjadi tulang punggung ketahanan energi nasional.
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Cepu mencakup tiga kabupaten yakni Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Jawa Timur dan Blora, Jawa Tengah. Blok Cepu dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), anak perusahaan raksasa migas Amerika Serikat, ExxonMobil, sejak 2005 hingga 2035.
Kontrak Blok Cepu menggunakan skema production sharing contract (PSC). Dengan pembagian saham ExxonMobil dan Pertamina masing-masing 45 persen, serta 10 persen Badan Kerja Sama (BKS) Blok Cepu yang terdiri dari BUMD Bojonegoro, BUMD Blora, BUMD Provinsi Jatim dan BUMD Provinsi Jateng.
Ada dua lapangan minyak yang menjadi andalan Blok Cepu karena produksinya cukup besar. Yakni Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris (KDK). Kedua lapangan tersebut produksinya sekarang ini mencapai 144 ribu barel per hari (Bph).
Lapangan minyak Banyu Urip dan Kedung Keris (KDK), Blok Cepu berada di wilayah Kabupaten Bojonegoro. Lapangan Banyu Urip terletak di Kecamatan Gayam. Lokasinya berada di lahan seluas 400 hektar mencakup Desa Gayam, Mojodelik, Bonorejo, dan Brabowan.
Di lokasi Banyu Urip, Blok Cepu juga terdapat pusat fasilitas pemrosesan (central processing facility/CPF) minyak. Fasilitas ini berfungsi mengolah minyak mentah – memisahkan minyak dari air dan gas – sebelum dialirkan melalui pipa 20 inci sepanjang 95 kilometer ke Floating Storage and Offloading (FSO) Gagak Rimang yang berada di lepas pantai Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Lapangan minyak Banyu Urip memiliki 30 sumur produksi dan 15 sumur injeksi yang terbagi dalam well pad A, B dan C. Produksi minyak pertama dari lapangan ini dilakukan pada 2008 lalu. Sekarang ini sumur tersebut sedangkan dikembangkan melalui program Banyu Urip Infill Clastic (BUIC). Ada tujuh sumur yang sedang dibor untuk menambah dan menjaga produksi minyak Blok Cepu yang sempat mencapai 230 ribu bph.
Sedangkan Lapangan Kedung Keris (KDK) berada di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu. Jaraknya sekitar 15 kilometer dari lapangan Banyu Urip. Lapangan ini terbilang muda dibanding Banyu Urip. Ditemukan pada medio 2011, namun rencana pengembangan (plan of development/PoD) Kedung Keris baru disetujui pada medio 2016.
Total investasi proyek Kedung Keris mencapai USD100 juta. Eksplorasi dilakukan di daratan hingga kedalaman 7.032 kaki (2.143 meter). Sumur ini bersinggungan dengan lapisan minyak setebal 561 kaki (171 meter) di zona karbonat sasaran.
Lapangan Kedung Keris mulai produksi minyak perdana pada 17 Desember 2019. Produksinya sempat menyentuh 20 ribu bph atau di atas target awal 10 ribu bph. Cadangan minyak Kedung Keris bisa diproduksi hingga 20 juta barel.
Produksi minyak Kedung Keris dialirkan melalui pipa 20 inci menuju CPF Banyu Urip di Kecamatan Gayam sebelum didistribusikan ke FSO Gagak Rimang. Meski tergolong lapangan muda di Blok Cepu, namun sumur minyak Kedung Keris cukup potensial.
“Kalau bapak ibu pernah mengunjungi lapangan milik Pertamina, satu lapangan yang terdiri dari beberapa sumur hanya bisa produski 2 sampai 3 ribu barel sehari, tapi di Kedung Keris ini produksinya bisa sampai 20 ribu barel sehari. Padahal di Kedung Keris itu hanya ada satu sumur. Jadi bapak ibu bisa tahu, betapa strategisnya lapangan Kedung Keris ini bagi kami,” tutur Harwiyono, Onshore Facility Manager EMCL kepada suarabanyuurip.com saat menyambangi Lapangan Banyu Urip bersama wartawan Bojonegoro dan Tuban.
Wilayah kerja Blok Cepu telah melakukan pengapalan atau lifting minyak ke 1.000 dengan produksi komulatif mencapai 660 juta barel sejak lapangan Banyu Urip onstream pada 2015. Jumlah minyak yang diproduksi ini melampaui target PoD awal sebesar 450 juta barel.
Jadi Produsen Minyak Terbesar di Indonesia
Sekretaris Jendral Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengapresiasi atas capaian ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan Pertamina EP Cepu (PEPC) yang sudah berhasil memproduksikan minyak Blok Cepu baik di Lapangan Banyu Urip maupun Kedung Keris hingga mencapai pengapalan ke 1.000.
Dadan mengungkapkan, wilayah kerja Cepu yang ditandatangani pada tahun 2005 bisa berproduksi dalam waktu tidak lama.
“Tadi saya mendapat cerita dari bu Dirut Pertamina, bahwa beliau menjadi saksi sejarah membangun transfer dan alihteknologi dalam proses ini, sejak 2008 lapangan Banyu Urip sudah produksi dan 2019 di susul Lapangan Kedung Keris,” ujar Dadan saat menghadiri perayaan pengapalan ke 1.000 minyak mentah Blok Cepu di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa (13/8/2024).
Kedua lapangan tersebut, lanjut Dadan telah menghasilkan 660 juta berel dan berpotensi hingga 1 miliar barel.
“Wilayah kerja Cepu memproduksi 144 ribu barel oil per day, yaitu produksi minyak terbesar kedua setelah wilayah kerja Rokan,” ucapnya.
Dadan menjelaskan target lifting migas nasional 2024 sebesar 1,7 juta barel oil equivalent per day (BOEPD), terdiri dari lifting minyak 635 ribu barel dan lifting gas 1,033 juta boped. Realisasi sampai akhir Juli 2024 adalah sebesar 1.528 juta boepd. Rinciannya, lifting minyak 568 ribu barel dan lifting gas di atas 960 ribu.
“Angka ini belum tercapai secara target. Tapi ini juga merupakan angka yang sangat baik. Tadi SKK sudah menyampaikan, khususnya Exxon, capaiannya di atas target yang disepakati di APBN,” ujar Dadan.
Dadan mengatakan pengembangan Blok Cepu oleh EMCL dan PEPC melalui proyek Banyu Urip Infill Clastik (BUIC ) yang dilaksanakan sekarang ini akan dapat mengoptimalkan produksi.
“Sehingga Blok Cepu diharapkan akan kembali menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia,” tegasnya disambut tepuk tangan undangan yang hadir.
Menurut Dadan pengembangan sumur infill di Lapangan Banyu Urip ini bisa menambah 2 persen produksi minyak secara nasional.
“Produksi dari Blok Cepu ini tentunya akan berpengaruh positif bagi ketahanan energi nasional, khususnya di sektor migas. Ini juga sejalan dengan upaya target produksi 1 juta barel pada 2030, dan mendorong stakeholder dalam proses bisnis industri hulu migas,” pungkas Dadan.
Di tempat yang sama, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi menyampaikan, dalam satu bulan ini ada dua momentum penting di Blok Cepu bagi industri hulu migas Indonesia. Pertama, pada 9 Agustus 2024 lalu, baru saja dilakukan peresmian minyak pertama dari project BUIC. Proyek ini merupakan pengembangan lanjutan lapngan Banyu Urip, Blok Cepu. Kedua, pengapalan ke 1.000 minyak dari Blok Cepu yang diumumkan pada Selasa, 13 Agustus 2024.
“Dua peristiwa ini merupakan mileston penting dalam perjalan Blok Cepu sebagai aset hulu migas yang sangat strategis bagi negara Indonesia. Pengapalan keseribu ini menjadi kado hulu migas di peringatan HUT ke 79 RI,” tegas Kurnia saat memberi sambutan mewakili Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto.
Oleh karena itu, lanjut dia, peringatan pengapalan ke 1.000 minyak Blok Cepu ini sekaligus menjadi pengingat bahwa menjalankan project hulu migas adalah sebuah proses yang membutuhkan perencanaan yang panjang. Sehingga harus direncakan dan eksekusi sebaik mungkin dengan berkolaborasi berbagai pihak.
“Blok Cepu menjadi penyumbang produksi minyak nasional terbesar kedua untuk saat ini. Karena itu kita konsen terhadap blok ini, sedikit saja gangguan akan sangat mempengaruhi profil produksi nasional,” kata Kurnia.
Menurut dia, produksi Blok Cepu sekarang ini telah malampaui target work program and buget (WP&B) maupun APBN. Karena itu, SKK Migas berharap kinerja positif ini dapat dijaga dan diteruskan karena kedepan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan, termasuk menyelesaikan pengeboran 6 sumur lanjutan dari proyek BUIC.
“Mari sama-sama kita kawal sehingga Blok Cepu tidak hanya mampu melakukan pengapalan ke seribu tapi jauh melampaui angka itu,” harapnya.
Kurnia menegaskan, dari awal industri hulu migas telah berkomitmen dan menjadi lokomotif pembangunan Indonesia. Tidak hanya dari produksi migas yang sangat penting, tetapi juga menjadi penyumbang penerimaan negara dan menciptakan multiplier effect yang besar bagi perekonomian. Termasuk wilayah Cepu dan Provinsi Jawa Timur.
“Kedepan kami berharap dan terus berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan masyarakat,” pungkas Kurnia.
Sumbang Penerimaan Negara dan Daerah
Pengapalan minyak mentah ke 1.000 Blok Cepu dilakukan EMCL pada tanggal 4 dan 5 Agustus 2024. Sebanyak 600 ribu barel minyak bagian milik Pemerintah dimuat dari kapal Floating Storage and Offloading (FSO) Gagak Rimang ke kapal tanker Nectar milik Pertamina di lepas pantai Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Presiden ExxonMobil Indonesia, Carole Gall menjelaskan tercapainya pengapalan ke-1.000 dan produksi komulatif 660 juta barel ini berkat komitmen terhadap keselamatan, disiplin dan dedikasi tinggi hingga membawa operasi Blok Cepu berlangsung aman dan efisien.
Komitmen EMCL terhadap keselamatan telah diakui di seluruh afiliasi ExxonMobil dengan meraih Upstream President Safety Award 2021, penghargaan paling bergengsi dalam aspek keselamatan di seluruh afiliasi. Penghargaan ini, yang diberikan oleh Korporat, menegaskan dedikasi EMCL terhadap keunggulan keselamatan.
“15 tahun lalu kita memproduksi minyak untuk Indonesia, kemudian fasilitas terus ditingkatkan supaya minyak bisa dikirim ke FSO Gagak Rimang hingga bisa dilakukan pengapalan keseribu bulan ini,” kata Carole dengan bahasa Indonesia saat memberikan sambutan pada perayaan pengapalan ke 100 minyak Blok Cepu.
“Hari ini kita tidak hanya merayakan kontribusi luar biasa dari putra-putri anak bangsa, tetapi juga kontribusi kami untuk masyarakat dan negeri ini,” lanjut Carole.
Produksi komulatif Blok Cepu lebih dari 660 juta barel terhitung sejak tahun 2008 hingga 2023. Total investasi yang digelontorkan mencapai USD 4 miliar atau sekitar Rp57 triliun.
Dari produksi tersebut, Blok Cepu telah memberikan kontribusi lebih dari USD 29,5 miliar atau Rp442 triliun terhadap pendapatan negara dalam bentuk penerimaan pemerintah dan pajak. Selain itu menciptakan ribuan lapangan pekerjaan dan menjangkau 200 ribu orang melalui program pemberdayaan masyarakat.
“Kami juga punya komitmen untuk bantu Indonesia mencapai target nol karbon lewat CCS,” ujar Carole.
Dari hasil studi yang dilakukan EMCL, perkiraan cadangan Banyu Urip berpotensi meningkat dua kali lipat menjadi 1 miliar barel minyak. Berdasarkan proyeksi WP&B, Indonesia dapat memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp421 triliun atau USD 28,1 miliar dalam bentuk pendapatan pemerintah dan pajak. Sehingga menjadikan total pendapatan keseluruhan proyek Blok Cepu bagi Indonesia mencapai USD 57,6 miliar atau sebesar Rp864 triliun.
Untuk mendukung produksi minyak saat ini, program Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) baru-baru ini telah menyelesaikan produksi minyak perdana dari sumur B13 sebesar 13 ribu barel. Produksi sumur pertama program tersebut mulai mengalir pada 6 Agustus 2024. Tambahan produksi ini akan meningkatkan produksi minyak Blok Cepu dan memperkuat ketahanan energi Indonesia dengan menyumbang sekitar 25 persen produksi minyak mentah nasional.
Kebaradaan Blok Cepu juga telah memberikan pendapatan cukup besar bagi Kabupaten Bojonegoro melalui dana bagi hasil (DBH) Migas. DBH ini terus meningkat setiap tahunnya sehingga menjadi penyokong APBD yang saat ini mencapai Rp 8,7 triliun.
Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Bojonegoro, Ibnu Soeyoeti menyampaikan, target DBH migas tahun 2024 dipasang sebesar Rp 1,8 triliun atau naik dari target 2023 lalu sebesar Rp 1,7 triliun.
“DBH migas yang kita pasang ini terkadang bisa melebihi dari target. Semua tergantung transfer dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price serta variabel lainnya,” tegas mantan Camat Gondang ini kepada suarabanyuurip.com, Kamis (15/8/2024).(d suko nugroho)