SuaraBanyuurip.com – Nama Mukhlas bagi kalangan perusahaan pengeboran (drilling) minyak dan gas bumi sudah sangat dikenal. Setiap kali ada proyek pengeboran, dia selalu dicari dan mendapat peran. Termasuk di proyek pengeboran Banyu Urip Infill & Clastic (BUIC) Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu di wilayah Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Pria kelahiran 42 tahun lalu itu tak pernah terpikirkan bercita-cita kerja di pengeboran. Bahkan hingga kuliah, Mukhlas mengambil jurusan hukum. Selepas kuliah, dia pun aktif dalam kegiatan sosial dan advokasi.
Namun jalan hidup tak bisa ditebak. Lebih dari 14 tahun yang lalu keadaan berubah. Pemuda asal Bojonegoro itu terlibat dalam penyusunan materi sosial ekonomi untuk proyek pengembangan Lapangan Banyu Urip.
Saat studi sosial tersebut, dia akrab dengan para pelaku industri hulu minyak dan gas di Lapangan Minyak Banyu Urip. Karena kesungguhan dan perilakunya yang baik, Mukhlas diminta mengerjakan proyek pendukung pengeboran.
Sejak itulah Mukhlas belajar tentang drilling dan industri migas. Hingga akhirnya dia punya lebih dari 150 pekerja untuk proyek BUIC Lapangan Banyu Urip. Bengkelnya di Desa Gayam, Kecamatan Gayam, juga selalu sibuk. Bahkan dia sekarang menjadi importir peralatan teknis migas.
“Saya selalu ingin belajar, kepada siapapun, dengan apapun yang baru saya temui. Itu yang membedakan saya dengan yang lain,” ucapnya saat ditemui wartawan, Senin (25/11/2024).
Mukhlas menceritakan bahwa perjalanan usahanya tidak mudah. Berbagai tekanan bahkan cacian pernah dia hadapi. Apalagi ketika bermitra dengan para pekerja internasional. Katanya, mereka sangat disiplin dan tanpa basa-basi. Pengalaman-pengalaman tersebut sangat mempengaruhi cara Mukhlas bekerja.
Tantangan tidak hanya datang dari luar perusahaannya, tapi juga dari dalam. Saat dihadapkan dengan perusahaan yang sangat kredibel dan menjunjung tinggi budaya disiplin keselamatan, Mukhlas harus bisa mengondisikan timnya untuk menyesuaikan. Dan ini tidak mudah. Terkadang dia harus tegas pada anak buahnya yang tidak disiplin dan malas-malasan.
“Saya rasa kondisi ini tidak hanya saya. Kontraktor lokal lain pun pasti merasakan hal yang sama. Cuma masing-masing beda acara menyelesaikannya,” tutur Mukhlas.
Kerja keras, sabar, dan terus mau belajar adalah sikap mental yang selalu dijaga Mukhlas. Dia pun memberi contoh kepada anak buahnya agar bisa seperti visi yang dia tetapkan di perusahaannya, PT Pangastuti Excellent.
Mukhlas pun mampu membawa PT Pangastuti Excellent, tetap eksis di kegiatan industri hulu migas. Kontraktor lokal asal Desa Gayam itu terlibat di proyek pengeboran 7 sumur BUIC di Wellpad B dan C Banyu Urip, Blok Cepu mulai sejak awal sampai sekarang.
Dukungan Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro meyakini bahwa kontraktor lokal Bojonegoro mampu bersaing dengan kontraktor luar. Namun memang saat ini jumlahnya tidak terlalu banyak. Karena tidak sedikit pula yang tumbang dan gulung tikar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja, Welly Fitrama menjelaskan bahwa banyak faktor yang membuat kontraktor lokal berhenti beroperasi. Ada yang kekurangan dana karena gagal invoice, ada yang bermasalah dengan pemasok, ada yang terkena persoalan teknis sehingga harus mengeluarkan ekstra dana, dan ada juga yang terjadi karena masalah internal.
Menurut Welly, faktor utama yang bisa membuat kontraktor itu maju antara lain mau terus belajar dan bersikap professional, disiplin administrasi, dan berkolaborasi. Namun tidak semua mau telaten dan sabar dalam merintis, konsisten, serta terus berusaha mengembangkan usahanya.
“Saya lihat ada juga yang sudah maju dan terus mau mengembangkan usahanya, itu sudah bagus,” ucapnya.
Ketika melihat ada yang sudah maju, masyarakat yang punya usaha lain hendaknya belajar dengan orang itu dan berkolaborasi. Ini penting untuk membangun ekosistem usaha berkelanjutan. Sehingga para kontraktor lokal bisa menciptkan usaha baru yang lebih besar dikelola bersama dengan kolaborasi.
Welly mengapresiasi ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sebagai operator Lapangan Banyu Urip yang sudah sering memberi pelatihan kontraktor lokal. Dia menilai baik karena kerjasamanya tidak hanya business to business, tapi sebagai perusahaan pengasuh.
“Kami berharap kontraktor lokal terus berusaha, kerja keras, dan terus maju. Menjadi bagian dari upaya mendukung pembangunan di Kabupaten Bojonegoro,” pungkasnya.(red)