SuaraBanyuurip – Wilayah kerja pertambangan (WKP) Blok Cepu mencakup tiga kabupaten. Yakni Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, Jawa Timur, serta Kabupaten Blora Jawa Tengah.
WKP Blok Cepu dikelola oleh ExxonMobil, perusahaan raksasa migas Amerika Serikat. Kontrak kerja Blok Cepu berlangsung selama 30 tahun sejak ditandatangani pada 17 September 2005, dan akan berakhir pada 2035 mendatang.
Produksi pertama Blok Cepu berlangsung pada 2008, dan mencapai 20.000 barel per hari (bph) di 2009. Produksi tersebut berasal dari Lapangan Banyu Urip yang berada di wilayah Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro.
Disusul kemudian produksi minyak dari Lapangan Kedung Keris (KDK) di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu pada 2019. Produksi dari dua lapangan tersebut sempat mengantarkan Blok Cepu menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia pada 2021. Produksinya saat itu menembus 210.000 hingga 220.000 ribu bph.
Selain Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris, ada sejumlah lapangan migas di WKP Blok Cepu. Lapangan-lapangan tersebut berpotensi mendukung swasembada energi jika dikembangkan.(red)
Berikut lapangan migas di WKP Blok Cepu :
1. Lapangan Alas Tuwo West (ATW)
Lapangan migas Alas Tuwo West (ATW) atau Alas Tuwo Barat berada di Dusun Lengkong Desa/Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro. ATW menjadi bagian lapangan di WK Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil.
Eksplorasi sumur migas ATW dilaksanakan pada medio 2010 silam. Pembebasan lahan untuk pengembangan ATW seluas 9 hektar terdiri dari 9 bidang. Harga yang diberikan pada saat itu sebesar Rp 50.000 per meter persegi.
Namun dari luas lahan untuk eksplorasi sumur migas ATW tersebut sebagian telah dibeli spekulan. Tanah warga dibeli beskisar antara Rp 8.000 – Rp 24.000 per meter persegi, dan kemudian dibeli ExxonMobil Rp 50.000 per meter persegi.
Pembebasan lahan tersebut untuk tapak pengeboran (Wellpad) ATW dan akses jalan masuk menuju lokasi.
Pengeboran sumur migas ATW memakan waktu selama empat bulan, molor satu bulan dari rencana awal. Hasil pengeboran sumur migas ini telah dilakukan evaluasi sebagai acuan untuk pengeboran selanjutnya di lapangan migas Alas Tuwo Timur (ATE) di Desa Ngunut, Kecamatan Dander. Selain itu, lapangan sumur migas tersebut, saling kait mengkait, tentang kandungan potensi migas yang ada di dalamnya.
2. Lapangan Alas Tuwo East (ATE)
Lapangan migas Alas Tuwo East (ATE) atau Lapangan Alas Tua Timur masuk dalam WKP Blok Cepu. Lokasinya berada di Desa Ngunut, Kecamatan Dander. Lapangan ATE telah dieksplorasi pada awal 2012 silam.
Ekplorasi lapangan migas ATE membebaskan lahan milik warga Desa Ngunut seluas sekitar lima hektar untuk pembangunan tapak pengeboran (Wellpad) dan akses jalan masuk menuju lokasi. Tapak pengeboran ATE berada di lahan pertanian milik
Eksplorasi ATE diwarnai dinamika. Warga Desa Ngunut pada saat itu memblokade jalan menuju lokasi pengeboran. Tepatnya jalan yang melintas Sendang Grogolan.
Akibat gejolak sosial tersebut, Operator Blok Cepu, ExxonMobil kemudian membangun akses jalan baru di Desa Ngunut. Pembangunan akses menuju lapangan ATE tidak membebaskan lahan milik warga, karena tanahnya milik Dinas Pekerjaan Umum.
Infrastruktur yang dibangun berupa jalan sepanjang 300 meter lebar 4 meter dan jembatan sepanjang 100 meter dan leber 6 meter. Proyek ini dikerjakan oleh PT Bojonegoro Putra (Botera).
Pembangunan infrastruktur tersebut juga untuk mendukung mobilisasi peralatan pengeboran menuju lapangan ATE.
Namun setelah eksplorasi selesai pada saat itu, baik sumur ATW maupun ATE belum dikembangkan sampai sekarang. Alasannya pada waktu itu ExxonMobil fokus pada pengembangan Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu di wilayah Kecamatan Gayam.
3. Lapangan Cendana
Lapangan Cendana juga menjadi bagian dari WKP Blok Cepu. Lapangan ini berada di Desa Cendono, Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro.
Ada dua tapak sumur di lapangan Cendana. Lokasi lapangan ini telah lama dipagar keliling. Meski demikian sudah lama tidak aktivitas di lapangan ini. Beberapa papan nama yang tertancap di lokasi terlihat sudah berkarat.
Pengembangan lapangan Cendana adalah bagian dari rencana pengembangan (Plan of Developmen/PoD) terintegrasi Jambaran-Tiung Biru yang sudah disetujui pada Februari 2013 lalu.
Pengembangan Lapangan Cendana rencananya mencakup lima desa di Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro. Yakni Desa Purworejo, Sidorejo, Sonorejo, Kuncen dan Desa Padangan.
Lapangan Cendana bisa mudah dijangkau melalui tiga akses. Yakni melalui perempatan pasar Cendana ke arah barat, atau dapat melalui jalan alternatif lainnya. Desa Purworejo, perempatan Pasar Cendana, dan Desa Cendana yang sebelah utara.
4. Lapangan Alas Tuwo, Cendana dan Kedung Keris segera Digarap
Setelah lama tidak ada kabarnya, lapangan Alas Tuwo dan Cendana akan segera dikembangkan oleh ExxonMobil. Bahkan, pengembangan juga akan dilaksanakan di Lapangan Kedung Keris di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu.
Lapangan Kedung Keris sekarang ini menjadi penopang produksi Banyu Urip, Blok Cepu. Produksi Lapangan Kedung Keris sekarang ini bisa mencapai 21 ribu bph yang berasal dari satu sumur.
Kepastian pengembangan sejunlah lapangan itu dismapikan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia saat berkunjung ke Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu pada 30 September 2024.
Bahlil menyampaikan, total investasi yang akan digelontorkan ExxonMobil untuk tiga proyek pengembangan lapangan migas di WKP Blok Cepu itu mencapai US$ 472,2 juta atau sekitar Rp 7,15 triliun.
Pertama, lapangan minyak West Kedung Keris (Kedung Keris Barat) akan dikembangkan pada periode 2025-2027 dengan nilai investasi US$ 48 juta. Kedua, Lapangan Cendana (gas) dengan investasi sebesar US$ 170,3 juta. Ketiga, Lapangan Alas Tua West (gas) dengan nilai investasi US$ 253,9 juta.
5. Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru
Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru (J-TB) merupakan bagian WKP Blok Cepu. Lapangan gas yang berpusat di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem. Sebelum dioperatori Pertamina EP Cepu (PEPC), lapangan Gas JTB juga dioperatori ExxonMobil.
Pertamina EP Cepu, anak perusahaan Pertamina memiliki 45 % saham di Blok Cepu. Sama dengan ExxonMobil. Sementara 10 persen saham lainnya dipegang oleh BUMD Bojonegoro, BUMD Provinsi Jatim, BUMD Blora, dan BUMD Provinsi Jateng yang tergabung dalam Badan Kerja Sama (BKS) Bkok Cepu.
Pertamina EP Cepu (PEPC) ditunjuk pemerintah menjadi operator Lapangan Gas JTB pada 28 Februari 2013. Penunjukan tersebut melalui persetujuan Unitisasi Agreement (UA) yang ditandatangani oleh PEPC, Mobil Cepu Ltd (MCL), Ampolex, BUMD, dan Pertamina EP (PEP).
Rencana pengembangan (PoD) Unitisasi Lapangan JTB) yang terintegrasi dengan Lapangan Cendana disetujui SKK Migas pada 13 Februari 2013.
Lapangan Tiung Biru ditemukan oleh PT Pertamina EP (PEP) pada awal 2010 melalui pengeboran eksplorasi lokasi Tiung Biru-1 yang masuk wilayah Area III Jawa Bagian Timur (Blok Gundih). Penemuan gas di struktur Tiung Biru setelah dievaluasi melalui kajian subsurface assessment ternyata masih dalam satu body dengan lapangan gas Jambaran yang ditemukan Mobil Cepu Ltd di Blok Cepu pada 2002.
Kedua penemuan, itu berada pada struktur batuan karbonat (batu gamping), yang merupakan suatu continous reservoir dengan fluid contacts yang sama. Berdasarkan ketentuan PP No.35/2004, pengembangan kedua lapangan tersebut harus dilakukan lewat mekanisme Unitisasi Lapangan Jambaran dan Tiung Biru, agar lebih efisien dan optimal.
Kedua lapangan tersebut kemudian dilakukan pengembangan secara terintegrasi meliputi Lapangan Jambaran-Tiung Biru dan lapangan gas Cendana yang ditemukan pada 1988 di sebelah timur laut struktur Jambaran. Proyek pengembangan gas secara terintegrasi tersebut ditarget bisa berproduksi 315 MMSCFD.
6. Lapangan Alas Dara Kemuning (ADK)
Lapangan Alas Dara dan Kemuning berada di Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Lapangan ini pernah dikelola ExxonMobil sejak 2006 silam, setelah mengambil alih kepemilikan dari Humpuss Patragas.
Lapangan Alas Dara memiliki luas 11,32 kilo meter persegi. Sedangkan luas lapangan Kemuning 12,39 kilo meter persegi.
Kedua lapangan tersebut kemudian dikembalikan ExxonMobil kepada pemerintah pada 2013. Alasannya cadangan migas di lapangan Alas Dara dan Kemuning minim. Hanya 82 juta barel. Selain itu, ExxonMobil ingin fokus mengembangkan lapangan Banyu Urip, Blok Cepu untuk mengejer target lifting minyak nasional.
Pemerintah kemudian menyerahkan lapangan Alas Dara dan Kemuning kepada Pertamina. Lapangan tersebut kemudian dijadikan menjadi satu menjadi Lapangan Alas Dara Kemuning dan dikelola Pertamina EP Cepu sampai sekarang.
7. Lapangan Giyanti
Lapangan Migas Giyanti juga menjadi bagian WKP Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil. Lapangan migas ini berada di Desa Giyanti, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Lapangan migas Giyanti dikelola ExxonMobil sejak 2006. Perusahaan asal Amerika Serikat itu juga telah membebaskan lahan untuk pengembangan lapangan migas Giyanti pada 2010. Total luas lahannya mencapai 9 hektar.
Sejumlah kalangan di Kabupaten Blora, sebelumnya telah mendesak ExxonMobil agar segera di kembangkan. Agar Kabupaten Blora memperoleh pendapatan dari Dana Bagi Hasil (DBH) Migas dari produksi lapangan Giyanti.
Namun, sampai sekarang lapangan migas Giyanti belum digarap dan dibiarkan terbengkalai oleh ExxonMobil.