SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro – Rencana penambahan 10 sumur baru di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur belum diputuskan. Padahal pembayaran investasi dari Badan Kerja Sama (BKS) Blok Cepu untuk kegiatan tersebut akan dimulai pada 2022 mendatang.
Kepala SKK Migas Perwakilan Jawa Bali Nusa Tenggara, Nurwahidi mengaku belum memperoleh update rencana pengeboran sumur tambahan di Lapangan Banyu Urip.
“Setahu saya belum ada program tersebut di tahun 2021,” ujarnya kepada suarabanyuurip.com, Senin (1/7/2021).
Sebelumnya, Ketua Badan Kerja Sama (BKS) Blok Cepu, Hadi Ismoyo Hadi menyampaikan keputusan penambahan investasi pengeboran sumur minyak baru di Lapangan Banyu Urip ini tergantung persetujuan dari para pihak. Jika SKK Migas setuju, maka investasi baru dijalankan.
“Kemudian akan ditindaklanjuti dengan pembayaran investasi per tahun mulai 2022. Pembayaran ini bisa dilakukan tiga sampai lima tahun berdasarkan jadwal pekerjaan atau time table project,” ujar Hadi.
Dijelaskan, tambahan investasi yang dibayarkan BKS ini nantinya sesuai dengan jumlah tambahan sumur baru di Lapangan Banyu Urip.
“Masih dibahas untuk menentukan apakah nanti 5 atau 10 sumur yang akan dibor,” ucap ucap Presiden Direktur PT. Petrogas Jatim Utama (PJU), BUMD Provinsi Jatim ini.
Hadi memperkirakan total investasi yang dibutuhan untuk pengeboran sumur baru ini mencapai 100 juta USD (setara Rp 1.444.235.000.000) sampai 150 juta USD (setara Rp 2.166.352.500.000). Dari total investasi tersebut, jumlah modal yang harus dibayarkan BKS Blok Cepu sekitar Rp 216.635.250.000. Jumlah ini sesuai porsi BKS dalam pengelolaan penyertaan modal (Participating Interest/ PI) 10% yang dibagi empat BUMD.
Rinciannya, BUMD Bojonegoro PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) 4,48%; BUMD Provinsi Jatim PT Petrogas Jatim Utama (PJUC) 2,24%, BUMD Blora PT Blora Patragas Hulu (BPH) 2,18%, dan BUMD Provinsi Jateng PT Sarana Patra Hulu Cepu, 1%.
“Semua masih dikaji. Baik subsurafce, komersialnya, dan drillingnya. Belum ada keputusan final dari SKK Migas terkait aspek teknis dan komersialnya,” pungkas Hadi.
Untuk diketahui, fasilitas Lapangan Banyu Urip terdiri dari 3 wellpad dengan 29 sumur produksi dan 16 sumur injeksi, 1 sumur produksi di lapangan Kedung Keris terhubung ke wellpad C menggunakan pipa bawah tanah sepanjang 14 km. Pipa bawah tanah (72 km) melewati lebih dari 50 desa dan pipa bawah laut (23 km) ke Floating Storage and Offloading (FSO) vessel, FSO Gagak Rimang yang terletak di lepas pantai utara Tuban, dengan kapasitas penyimpanan sebesar 1,9 mmbbl dan rata-rata ukuran parcel 0,6-0,9 mmbbl.
Total cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) saat ini sebesar 950 juta barel atau meningkat dari rencana pengembangan (plan of Development/ PoD) untuk Lapangan Banyu Urip sekitar 450 juta barel.
Namun, menurut Ahli Teknik Industri Migas Bojonegoro, Yuris Krisnanto, cadangan minyak Banyu Urip bukan 940 juta barel. Melainkan lebih dari 1 miliar barel.
Keyakinan Yuris, sapaan akrabnya, setelah dirinya melakukan hitung bertahap dari informasi data seismik yang dilakukan Elnusa kisaran tahun 2001. Kemudian data core analisis dari PT Corlab waktu itu dan data drill stem test serta bottom hole gradient pressure dan gradient temperature test yang dilaksanakan oleh Schlumberger tempatnya bekerja dahulu.
“Jadi ketika dulu ExxoMobil mengatakan deposit reservoir Blok Cepu 250 juta barel sudah saya bilang ke teman-teman media di Bojonegoro itu tidak benar. Bahkan setelah Exxon menyatakan deposit Banyu Urip sebesar 450 juta pun beberapa tahun yang lalu saya masih mengatakan bahwa pernyataan Exxon itu tidak benar. Saya katakan ke teman-teman media bahwa cadangan Banyu Urip lebih dari 1 miliar barrel,” ujar Yuris.
Pendiri Institut ilmu Terapan Tekhnologi (ITTEK) Bojonegoro ini menegaskan jika hitung-hitungannya terhadap cadangan minyak Banyu Urip sebesar 1 miliar tidak meleset. Hal ini dibuktikan dengan diumumkannya cadangan minyak di blok ini yang terus meningkat dari 250 juta barel meningkat menjadi 450 juta barel, meningkat lagi jadi 823 juta barel dan sekarang menjadi 940 jut barel.
“Dan sekarang terbukti setelah kumulatif produksi mencapai 450 juta bbl produksi Exxon baru turun sedikit dari produksi puncak. Produksi ini akan turun terus sedikit demi sedikit hingga 30 sampai 40 tahun mendatang. Artinya masih ada deposit tersisa di reservoir Banyu Urip saat ini dekat ke 1 milliar barrel. Jadi akan terbukti bahwa deposit banyuurip adalah lebih dari 1 milliar barel,” pungkas Yuris.(suko)