Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Pemerintah Desa (Pemdes) Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat agar segera mentetapkan sebagai desa penghasil minyak dan gas bumi (migas).
Musababnya, desa yang berada dekat lapangan minyak Kedung Keris (KDK) ini merasa terdampak langsung atas kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas yang dioperatori oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Lapangan KDK sendiri telah berproduksi sejak 2019.
Kepala Desa (Kades) Sukoharjo, Sulistyawan berharap penetapan status desa penghasil migas dapat segera terealisasi. Karena selama ini pihaknya mengaku belum mendapatkan keuntungan apa-apa dari adanya produksi minyak dari Lapangan KDK. Kecuali program dari EMCL berupa Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
“Padahal kami terdampak langsung, misal permasalahan lapangan pekerjaan, sosial ekonomi dan sebagainya kami yang harus menyelesaikan. Tetapi itung-itungan dari bagi hasil yang diterima Pemkab, untuk wilayah desa kami belum mendapatkan apa-apa. Karena belum ditetapkan sebagai desa penghasil atau ring 1,” katanya kepada SuaraBanyuurip.com, Kamis (17/11/2022).
Dijelaskan, bahwa sejumlah langkah telah ditempuh guna mendapat status sebagai desa penghasil migas. Antara lain telah melayangkan surat kepada Bupati Bojonegoro perihal permohonan sebagai desa penghasil sumur minyak KDK.
Surat bernomor 640/412413.018/2021 tertanggal 7 Desember 2021 itu juga telah ditembuskan kepada Kepala Bapenda, Bappeda, DPMD, dan Camat Kalitidu.
Tertuang dalam pokok surat, berupa permohonan menindaklanjuti survei yang dilaksanakan tim Badan Pendapatan (Bapenda) Bojonegoro sekitar awal tahun 2021 tentang keberadaan lokasi sumur minyak KDK yang berada di Desa Sukoharjo sebagai dasar penetapan desa penghasil migas.
“Namun sampai saat ini respon dari Pemkab Bojonegoro belum ada kejelasan,” ujarnya.
Sulis menambahkan, penetapan Sukoharjo sebagai desa penghasil migas KDK ini sangat penting, karena berhubungan dengan perolehan alokasi dana desa (ADD). Seperti Desa Mojodelik dan Gayam yang sudah ditetapkan sebagai desa penghasil minyak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.
“Harapan kami seperti Gayam dan Mojodelik. Kedua desa itu bisa mendapat ADD besar karena sudah ditetapkan sebagai desa penghasil migas,” pungkas kepala desa dua periode ini.
Untuk diketahui, proyek KDK dikrjakan oleh PT Meindo Elang Indah, perusahaan Indonesia pada 2017 lalu. Pekerjaan terdiri dari tapak sumur untuk operasi satu sumur, dan pipa bawah tanah berdiameter delapan inci, sepanjang 15 kilometer yang tersambung dengan Fasilitas Pengolahan Pusat Banyu Urip di Kecamatan Gayam, dengan total biaya investasi mencapai US$72 juta.
Lapangan minyak KDK direncanakan onstream pada Desember 2019, namun realisasinya dapat lebih cepat dan telah onstream sejak 22 November 2019. Produksi migas KDK sekarang ini berkisar 10.000 barel per hari (Bph).
Louise McKenzie, Presiden ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) saat itu (Sebelum Caroline) mengapresiasi berbagai pihak yang turut berkontribusi terhadap rampungnya proyek Kedung Keris. Exxon mengaku akan terus melakukan evaluasi kinerja sumur-sumur di Lapangan Kedung Keris untuk bisa mengoptimalkam produksi minyak di Blok Cepu.
“Kami berterima kasih kepada pemerintah Indonesia, pemerintah Kabupaten Bojonegoro, mitra kami dan masyarakat tetangga yang telah mendukung proyek ini. Kami akan terus mengevaluasi kemampuan dan kinerja dari sumur Kedung Keris,” kata Louise dua tahun silam.(fin)