Sempat Meredup Saat Pandemi, Emping Garut Milik Ana Kini Tembus Pasar Internasional

Ana Nurhayati menunjukan produk emping garut yang sudah kemasan dan siap dipasarkan.

Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Perjalanan usaha emping garut raflesia milik Ana Nurhayati penuh liku. Sempat meredup saat pandemi covid-19 yang merebak sejak 2019. Namun, berkat ketekunan, usaha yang dirintis mulai 2010 lalu itu mampu bertahan dan terus bergeliat. Kini usahanya berkembang dan menembus pasar internasional di Singapura.

Ana Nurhayati menekuni usaha emping garut sudah semenjak 13 tahun lalu. Ia sudah melewati pahit manisnya menjalani usaha pangan berbahan dasar garut atau sejenis umbi-umbian ini.

Bisnis tersebut memang rumahan dan jauh dari pusat kota. Namun Ana tak patah semangat. Ia memanfaatkan dunia digital untuk mengenalkan produknya. Sehingga banyak masyarakat yang mengenal usaha emping garut miliknya terutama melalui media sosial.

“Saya dibantu 10 orang pekerja dalam memproduksi emping garut raflesia ini,” kata perempuan asal Desa/Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur itu.

Garut atau umbi seperti singkong di Bojonegoro sangat banyak dan mudah ditemui. Dia mengatakan, saking banyaknya sampai harus memutar olahan apa yang bisa diproduksi dan menghasilkan pundi rupiah.

“Kemudian mencoba berinisiatif mengolah emping garut, pati garut hingga rengginang singkong” katanya Rabu (10/5/2023).

Perajin sedang mengemasi emping garut untuk dipasarkan ke sejumlah daerah baik di dalam dan luar kota Bojonegoro.
© 2023 suarabanyuurip.com/Dok.sbu

Namun, usaha Ana sempat meredup saat pandemi Covid-19. Sehingga penjualan usahanya menurun cukup signifikan. Kondisi itu, tak membuat Anna menyerah tetapi malah bangkit dan mulai bergabung dengan UMKM di bawah binaan Corporate Social Responsibility (CSR) BRI di tahun 2020.

Dari program CSR itu, juga mendapatkan beragam fasilitas usaha. Mulai dokumen perizinan seperti PIRT, halal dari MUI, NIB, NPWP, juga terverifikasi uji kompetensi sebagai legalisasi produk camilan. Dan Anna mencoba memperluas penjualan produk berbahan dasar garut ini melalui media sosial seperti Instagram, WhatsApp bussiness, facebook dan juga marketplace melalui aplikasi shopee dan tokopedia.

Berawal dari situ ia sukses mengantarkan produk Raflesia miliknya menembus pasar internasional atau penjualan di Singapura serta Frankfurt Jerman.

“Frankfurt Jerman kemarin untuk pameran pangan, kalau penjualan offline produknya bisa ditemukan di ritel modern dan pusat oleh-oleh Bojonegoro,” katanya.(jk)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *