Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Perbaikan peralatan fasilitas produksi Lapangan Gas Jambaran – Tiung Biru (JTB) telah mencapai 75 persen. Produksi penuh sebesar 192 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) diharapkan bisa terlaksana akhir Mei 2023.
Lapangan Gas JTB terletak di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Lapangan ini dikelola oleh Pertamina EP Cepu.
Sr. Manager Project GPF & PL, Eki Primudi mengatakan, sejumlah kerusakan peralatan menyebabkan kapasitas produksi penuh (full capacity) gas di JTB menjadi tertunda. Setidaknya ada 4 unit kompresor sedang dalam perbaikan.
“Progresnya (perbaikan alat) itu sekarang rata-rata sudah hampir 75 persen,” kata Eki Primudi kepada SuaraBanyuurip.com, ditemui usai rapat di gedung DPRD Bojonegoro, Jumat (12/05/2023).
Jika tidak ada hambatan dan isu lainnya, Eki memperkirakan produksi penuh lapangan Gas JTB sebesar 192 MMSCFD bisa terlaksana pada akhir bulan Mei 2023.
“Sisa gas yang belum terjual sebanyak 20 juta kaki kubik itu, informasinya masih tetap ke PKG (Petrokimia Gresik) sebagai buyer. Untuk harga gas JTB yang ditetapkan pemerintah masih sekitar USD6,1 per MMBTU,” ujar Eki.
Diwartakan sebelumnya, produksi penuh Lapangan Gas JTB awalnya direncanakan bisa tercapai paling lambat akhir Maret 2023 lalu. Namun, sampai sekarang ini baru mencapai sales gas rata-rata 75 MMSCFD.
General Manager Gas JTB, Ruby Mulyawan menyampaikan, sampai saat ini lapangan JTB sedang dalam masa commissioning start up (uji coba) dimana beberapa perlengkapan utama pemrosesan raw gas menjadi sales gas sudah berfungsi dan mulai menghasilkan secara bertahap sejak September 2022.
“Walau belum mencapai kapasitas produksi maksimal sesuai design plant, saat ini JTB sudah mencapai sales gas rata rata 75 MMSCFD,” ujarnya kepada Suarabanyuurip.com, Senin (1/5/2023).
Ruby menjelaskan, ada dua faktor utama yang menyebabkan JTB belum berproduksi penuh, yakni secara teknis dan non teknis. Secara teknis ada permasalahan di propylene compressor, membrane permeate incinerator (MPI), reverse osmosis di water treatment plant yang perlu diperbaiki.
Menurut Ruby, dinamisnya proses trouble shooting pada masa uji coba tersebut sedang ditangani oleh team project. Diharapkan sales gas maksimal 192 MMSCFD sesuai design plant dapat dicapai secepatnya.
“Permasalahan teknis sedang ditangani oleh project team PEPC dan Kontraktor RJJ, dan membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih leluasa agar keandalan dari gas plant dapat dicapai,” tegasnya.
Secara non teknis, lanjut Ruby, terdapat kendala finansial yang dihadapi oleh kontraktor utama. Sekarang ini PEPC telah mengupayakan solusi secara optimal dengan melakukan kewajiban pembayaran sesuai kontrak dengan kontraktor utama, PT Rekayasa Industri (Rekind), JGC dan JGC Indonesia (RJJ).(fin)