Kilang Mini TWU di Bojonegoro Dikabarkan Sudah Beroperasi Lagi

Kilang mini TWU.
Truk tanki berkapasitas 24 ribu liter bertuliskan PT Laban Raya Samodra keluar dari Kilang Mini TWU, Selasa (24/10/2023).

SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho

Bojonegoro – Kilang minyak mini (mini refinery) milik PT Tri Wahana Universal (TWU) di Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dikabarkan mulai beroperasi kembali. Kilang mini yang sebelumnya sebagian besar sahamnya milik Saratoga Group ini telah mendapat alokasi minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.

Kilang mini TWU sebelumnya berhenti produksi sejak 31 Januari 2018 lalu akibat tidak memperoleh pasokan minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.

TWU menghentikan produksinya kala itu karena ada perubahan harga minyak mentah lapangan Banyu Urip yang naik sebesar US $ 6 per barel berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 4028 K/12/MEM/2017 tanggal 21 November 2018, tentang Formula Harga Minyak Mentah Indonesia untuk Jenis Minyak Mentah Banyuurip.

Padahal, TWU sebelumnya mendapatkan harga sesuai ICP Arjuna minus US$ 0,5 per barel. Setelah terbitnya Kepmen ESDM itu hargnya menjadi ICP Arjuna plus US$ 5,5 per barel pada titik serah di Floating Storage and Offloading ( FSO) Gagak Rimang di lepas Pantai Palang Tuban, Jawa Timur.

“Info dari dalam (TWU) sudah dua mingguan produksi,” kata Slamet warga setempat kepada suarabanyuurip.com.

Produksi kilang mini TWU sekarang ini di antaranya untuk memenuhi kebutuhan PT Laban Raya Samodra. Perusahaan ini adalah bagian dari PT Betjik Djojo, yang bergerak khususnya pada bidang penjualan Petrochemical tepatnya Asam Sulfat / H2SO4 dan Sulfur.

“Untuk jasa pengangkutannya TWU menggandeng PT Bahana Multi Teknik atau BMT. Karena hanya BMT yang sementara ini masih memiliki izin jasa trucking. Sedangkan lainnya masih proses pengurusan izin,” tutur sumber lainnya yang meminta namanya dirahasiakan.

Sebelum TWU menghentikan produksinya, kilang mini ini mendapat alokasi minyak mentah sebanyak 6.000 barel per hari. Minyak tersebut diolah menjadi empat jenis yakni High Speed Diesel (HSD) atau gas oil adalah fraksi yang lebih berat dari kerosene, Straight Run Gasoline (SRG) atau naphtha adalah nama umum yang digunakan dalam industri pengilangan minyak bumi untuk hasil cair paling atas dari at – mospheric distillation units (ADU).

Kemudian VTB/LSWR oil untuk burner pada furnace dan pembangkit listrik, mesin uap dan lain-lain. Serta memproduksi Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO).

“Untuk alat pengukur minyaknya dipindah ke dalam lokasi sumur minyak Banyu Urip. Sebelumnya berada dekat jalan raya depan Pos Ramil Gayam,” tutur sumber tadi.

Sementara itu, Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Nurwahidi tidak menjawab saat dikonfirmasi terkait kebenaran kabar sudah adanya produksi minyak mentah Banyu Urip yang dialokasikan untuk kilang TWU. Meskipun pesan WhatApps sudah terlihat tanda dibaca.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi juga tidak merespon konfirmasi melalui pesan WhatsApp yang dilayangkan pada Selasa (24/10/2023) pukul 14.30 Wib.

Kepala Desa Sumengko, Rudi Setiawan mengaku belum mendapatkan kabar resmi terkait sudah beroperasinya kembali kilang mini TWU di desanya.

“Terakhir bilang ke desa masih belum. Katanya Kemarin sempat commissioning tapi sekarang mati lagi, infonya begitu,” kata Rudi.(suko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *