SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur terancam gagal ditetapkan sebagai desa penghasil migas lapangan Kedung Keris (KDK), Blok Cepu. Sebab, di lapangan ini hanya memiliki satu sumur migas saja.
“Ada beberapa pertimbangan saat rapat dengan berbagai pihak kemarin, salah satunya soal rumusan penghitungan alokasi dana desa atau ADD,” kata Kepala Bidang Perimbangan dan PAD lainnya Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Bojonegoro Achmad Suryadi.
Dia mengatakan, penetapan Desa Sukoharjo sebagai desa penghasil migas Kedung Keris sampai saat ini masih diwacanakan. Sebab, apabila Sukoharjo ditetapkan sebagai desa penghasil migas maka hitungan perolehan ADD yang diterima akan berkurang.
Perhitungan ADD itu, lanjut Suryadi berdasarkan Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Penetapan Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP) Berdasarkan Koefisien Variabel Kawasan di Kabupaten Bojonegoro.
“Secara rumusan penghitungan ADD akan berkurang karena Desa Sukoharjo hanya memiliki satu sumur,” katanya, Jumat (6/10/2023).
Apalagi, produksi minyak di Lapangan Kedung Keris masih berkisar 10 ribu barel. Produksi tersebut masih terbilang sedikit dibandingkan dengan Lapangan Banyu Urip di Desa Gayam. Sebab, Desa Gayam memiliki sembilan sumur yang berada di Lapangan Banyu Urip.
“Jadi pertimbangan di situ, kenapa sampai saat ini penetapan Desa Sukoharjo sebagai desa penghasil migas masih diwacanakan semua. Dan perkiraan tidak jadi ditetapkan,” katanya.
Untuk diketahui, lapangan minyak Kedung Keris mulai produksi perdana pada 17 Desember 2019. Cadangan minyak Lapangan Kedung Keris bisa diproduksi hingga 20 juta barel. Meski tergolong lapangan muda di Blok Cepu, namun sumur minyak di lapangan Kedung Keris cukup potensial dibanding sumur-sumur minyak di Lapangan Banyu Urip.
Satu sumur di lapangan Kedung Keris bisa memproduksi minyak 20 ribu barel per hari (bph). Sementara di Lapangan Banyu Urip terdapat 30 sumur produksi dan 15 sumur injeksi yang berada tapak sumur A, B dan C.
“Kalau bapak ibu pernah mengunjungi lapangan milik Pertamina, satu lapangan yang terdiri dari beberapa sumur hanya bisa produski 2 sampai 3 ribu barel sehari, tapi di Kedung Keris ini produksinya bisa sampai 20 ribu barel sehari. Padahal di Kedung Keris itu hanya ada satu sumur. Jadi bapak ibu bisa tahu, betapa strategisnya lapangan Kedung Keris ini bagi kami,” kata Harwiyono, Onshore Facility Manager EMCL kepada wartawan dalam rangkaian kegiatan bertajuk “Media Bojonegoro dan Tuban Sambangi Lapangan Banyu Urip, Selasa 19 September 2023.
Sementara itu, Anggota Komisi B DPRD Bojonegoro Lasuri mengatakan, sesuai regulasi seharusnya Desa Sukoharjo sudah ditetapkan sebagai penghasil migas Kedung Keris.
“Sebab, semenjak 2019 lalu KDK sudah produksi,” katanya.(jk)