SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro – Rencana mega proyek bioetanol-metanol senilai Rp 22,8 triliun menjadi harapan baru bagi masyarakat Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Proyek strategis nasional (PSN) ini akan menciptakan multiplier effect (dampak berantai) dari mulai konstruksi berlangsung hingga pabrik bioetanol-metanol beroperasi.
Administratur (Adm) KPH Perhutani Bojonegoro, Slamet Juwanto menyampaikan, proyek bioetanol-metanol akan menciptakan peluang kerja dan usaha bagi warga Bojonegoro. Mereka bisa terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proyek tersebut.
“Saat konstruksi mulai tentu akan ada kebutuhan tenaga kerja dan peluang usaha yang bisa ditangkap masyarakat,” ujarnya saat ikut menghadiri peremian peningkatan produksi minyak lapangan Banyu Urip, Blok Cepu sebesar 30 ribu barel per hari (bph), Kamis (26/6/2025).
Menurut Juwanto pembangunan pabrik bioetanol dinilai lebih memberikan banyak multiplier effect bagi masyarakat, ketimbang pabrik metanol. Sebab pabrik bioetanol akan mengunakan bahan baku sorgum. Kebutuhan produksi sorgum setiap harinya mencapai sekitar 170 ribu ton.
“Nanti bukan hanya biji sorgum yang diolah, tapi daun dan pohonnya juga bisa diolah dipabrik bioetanol. Jadi tidak ada yang terbuang” tegasnya.
Kebutuhan sorgum inilah, lanjut Juwanto, bisa menjadi peluang bagi petani hutan untuk mencukupinya. Selain itu, juga menyerap tenaga kerja cukup banyak dari mulai pemanenan hingga pengangkutan hasil sorgum ke lokasi pabrik bioetanol.
“Kalau metanol itu kan seperti pengolahan gas Jambaran-Tiung Biru. Setelah pabrik jadi, nanti dioperasikan mesin, sehingga kebutuhan tenaga kerjanya sedikit, dan yang banyak hanya waktu konstruksi berlangsung,” jelas Juwanto.
“Beda dengan pabrik bioetanol, setiap hari banyak tenaga kerja yang terlibat. Dari panen, sopir truk pengangkutan hasil sorgum. Nantinya ada ratusan truk yang dibutuhkan untuk mengangkut sorgum,” lanjutnya.
Perhutani KPH Bojonegoro, lanjut Juwanto, telah menyiapkan lahan hutan seluas 5.130 hektar untuk pembangunan pabrik bioetanol-metanol. Rincinnya, 130 hektar untuk pembangunan lokasi pabrik, dan 5.000 hektar untuk lahan pendukung bahan baku sorgum.
Lokasinya di kawasan hutan di samping fasilitas pemrosesan gas Jambaran-Tiung Biru (JTB). Tepatnya berada di RPH Sawitrejo, turut Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem.
“Nanti sistimnya petani bisa melakukan kemitraan dengan pabrik. Selama nanti harga sorgumnya bagus dan lebih tinggi dari harga jagung, saya yakin petani hutan di sini akan dengan sendirinya beralih menanam sorgum,” tuturnya.
Peluang lain keberadaan pabrik bioetanol adalah penyediaan armada pengangkutan hasil sorgum. Kate Juwanto, peluang ini nantinya bisa dikerjasamakan dengan lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di wilayah Kecamatan Ngasem dan Gayam.
“Rencana saya bagaimana nanti BUMDes sekitar juga bisa terlibat,” tandasnya.
Juwanto menambahkan, pembangunan pabrik bioetanol-metanol sekarang ini masih menunggu izin pelepasan kawasan hutan dari Kementerian Kehutanan.
“Permohonannya sudah diajukan. Sudah di meja menteri. Tinggal ditandatangani,” pungkasnya.
Kepala Desa Gayam, Winto mendukung rencana Perhutani KPH Bojonegoro melibatkan masyarakat petani hutan dan BUMDes di kegiatan pabrik bioetanol-metanol.
“Ini peluang bagus. Tentu kami menyambut baik,” ucap kepala desa penghasil migas lapangan Banyu Urip, Blok Cepu ini.
Pabrik bioetanol-metanol akan dioperasikan oleh PT Butonas Petrochemical Indonesia (BPI). Perusahaan yang berdiri pada 2021 ini telah mendapat alokasi gas dari lapangan JTB sebesar sekitar 110 MMBTu (Million British Thermal Unit). Alokasi gas tersebut diberikan dengan jangka waktu Jangka waktu mulai 1 Januari 2028 hingga 17 September 2035.
“Untuk ketersediaan gas dari JTB sudah kami alokasikan sekitar 110 MMBTu. Mudah-mudahan ini segera direalisasikan,” kata Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung saat menghadiri peresmian peningkatan produksi minyak lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.(suko)
Mohon untuk bisa di karyawan pemuda2 Bojonegoro biar bisa mengurangi pengangguran.
Mohon kiranya putra daerah di sekitar bisa di jadikan pekerja bioetanol, karena dg begitu bisa pengangguran dan kesejahteraan penduduk sekitarnya.. terima kasih